🎽 Cerpen Tentang Keluarga Miskin

Cirimanusia yang miskin mental selanjutnya yaitu mudah merasa terdzolimi padahal tidak ada yang berusaha menyakitinya. Sikap ini biasanya ditunjukkan oleh seseorang yang ingin mendapatkan perhatian dari orang lain. Orang yang berkarakter seperti ini umumnya pandai mendramisir sebuah kejadian. "Mudah merasa didzolimi padahal tidak ada yang
Cerpen dengan genre romantis dan komedi ini menceritakan pasangan kekasih yang saling salah sangka. Dengan latar anak-anak kampus dan kehidupan antara yang miskin dan yang kaya. Serta momen masalah kekinian mengenai viral di media sosial. Di bagi dalam beberapa bagian cerita untuk memisahkan momen-momen yang menarik. Tertarik dengan ceritanya, silahkan dibaca dan semoga cerita ini Pura-Pura Miskin Padahal Miskin BeneranGenre Romantis dan KomediJumlah Episode 6Pengarang JS InisialProduksi 12 Mei 2021Perkenalan Tokoh-tokohCewek Matre yang hobi salah sangka Ema.Cowok yang disangka pura-pura miskin Raki.Sahabat Ema yang suka bikin Ema kesal Sani.Cowok yang sebenarnya kaya Arka.Pelayan Arka yang dituduh pelayan Raki Dila.Tukang Buli yang gak tau apa-apa dan kena penyakit mematung angkut Boni.Nama lengkap Jelek Gak Apa-Apa Yang Penting Banyak Duitnya / panggilan dulu Jelek / panggilan sekarang Lek Mahasiswa korban nama pemberian orang tua yang ingin anaknya terkenal dan viral, yang jadi anak buah Boni biar gak ada yang berani ngeledek dirinya.PrologPercakapan sesama perempuan."Kamu tadi diajak kenalan sama cowok yang kelihatan lusuh itu?""Iya, dia terlihat miskin gak cocok sama aku.""Tadi aku lihat dia turun dari mobil mewah. Bisa jadi dia sebenarnya kaya. Tapi pura-pura miskin buat dapetin cewek yang gak mata duitan.""Serius kamu, mana tuh cowok itu sekarang. Aku mau kenalan sama dia."Sementara itu cowok yang dibicarakan sedang berada di sisi lain di dekat mobil mewah. Di dalam mobil mewah terlihat seorang cowok dengan pakaian rapi. Mereka saling berpakaian lusuh bertanya, "Apa tidak masalah, kamu antar dan jemput aku ke kampus?"Si cowok berpakaian rapi itu menjawab, "Tidak apa, karena aku nabrak gubuk kamu sampai ambruk. Jadi anggap ini permintaan maafku.""Itu bukan gubuk, tapi rumahku."Dari jarak yang cukup jauh. Para perempuan tadi mengintip. Meskipun suara para cowok gak kedengaran, tapi para perempuan mencoba menebak-nebak."Benerkan, tuh cowok yang terlihat miskin, dijemput pakai mobil mewah sama supirnya.""Iya, tapi mungkin si mobil mewah cuma nawarin tumpangan."Tiba-tiba terlihat cowok yang menggunakan mobil mewah keluar dan membukakan pintu mobil, lalu cowok terlihat miskin itu para cewek pun heboh, "Lihat tuh, masa pemilik mobil mewah membukakan pintu cuma buat berikan tumpangan. Sudah pasti yang bukakan pintu itu, supirnya.""Masuk akal. Aku setuju sama kamu. Besok, nanti saat dia masuk kuliah lagi, aku akan temuin dia."Sedangkan di dalam mobil, cowok yang dikira pura-pura miskin itu terlihat berbincang dengan pemilik mobil mewah."Maaf ya, aku gak pernah naik mobil, jadi gak tahu cara membukanya. Meskipun pagi tadi sudah kamu kasih tahu.""Gak apa-apa. Biar aku aja yang bukakan pintu mobil setiap kamu mau naik atau turun." Episode 1 Di sisi kampus yang sepi, para cewek sedang mengintip, "Lihat Ema, yang ngajak kamu kenalan kemaren. Diantar lagi hari ini pakai mobil mewah di jalanan yang sepi. Pasti biar gak ketahuan dan tujuannya pura-pura miskin bisa terus dilanjutkan.""Kamu benar Sani, hari ini aku harus dekati dia, karena kemaren aku gak tahu dia sebenarnya kaya, jadi aku tolak saat dia ajak aku kenalan."Sementara itu, si pemilik mobil membukakan pintu untuk cowok yang sedang dibicarakan para cewek."Jadi merepotkan kamu, Arka. Gara-gara aku miskin jadi gak tahu cara buka pintu mobil sendiri.""Gak apa-apa Raki. Tapi kok kamu terlihat tidak sehat.""Biasalah, penyakit orang miskin kayak aku, kelaparan.""Astaga, nanti kalau kamu mati kelaparan, gimana aku nebus kesalahan aku ke kamu. Pasti gara-gara gubukmu aku tabrak sampai ambruk, makanan di dalam jadi gak bisa di makan.""Tidak apa-apa kawan, aku sudah berpengalaman menahan lapar, ibaratnya level kemiskinanku sudah cukup tinggi.""Tidak bisa begitu, nanti aku suruh pelayanku namanya Dila, buat antar makanan ke kamu."Saat Raki yang sebenarnya miskin ini mau berjalan ke arah pintu masuk kampus. Ema dan Sani segera kabur, "Ayo cepat menjauh. Cowok yang pura-pura miskin itu nanti tahu, kita sudah mengetahui rahasianya."Jam perkulihan sudah mau mulai tapi Raki belagak misterius sambil celengak celinguk di depan pagar dan Sani masih dengan kebiasaan buruknya suka mengintip cewek berpakaian pelayan datang, menghampiri Raki dan memberikan kotak itu langsung dikomentari Sani yang memantau dari jauh, "Tuh kan, sampai pelayannya saja nganterin dia makan. Kebiasaan orang kaya khawatir makanan di luar tidak sehat, sulit dihilangkan."Dibalas oleh Ema, "Benar, dia cemas ada yang lihat pelayanannya datang. Takut rencananya pura-pura miskin ketahuan. Makanya celengak celenguk gitu."Sedangkan Raki yang terlihat cemas sambil celengak celenguk, "Kamu kok datangnya lambat. Lihat teman-teman sekelasku sudah gak ada lagi berkeliaran. Pasti udah di kelas karena jam kuliah sudah mau mulai.""Maaf, Dila tadi kejebak macet."Di kampus saat perkuliahan selesai. Raki ke kantin dan membuka bekalnya. Kesempatan itu dimanfaatkan Ema untuk duduk di depannya."Hei, kamu kan ngajak aku kenalan kemaren? Maaf aku abaikan karena aku lagi buru-buru. Sekarang aku punya waktu luang. Namaku, Ema. Kalau kamu?" Ucap Ema sambil mengarahkan telapak tangannya ke gemetaran Raki menyambut tangan Ema dan mereka salaman, "Na na ma ku Ra ki..."Kemudian mereka berbincang. Ema yang duluan bicara, "Emmm, kamu bawa makanan sendiri. Apa takut makanan di kantin kurang bersih."Dan Raki jawab, "Aku gak punya uang buat beli makanan di kantin, jadi bawa sendiri."Dalam hati Ema tertawa, 'Hahaha, dasar cowok kaya, masih aja pura-pura miskin. Ok jika kamu ingin cari cewek yang gak matre aku ladenin.'Kemudian Ema bilang, "Oh gitu, tidak masalah. Aku tipe cewek yang gak mandang cowok miskin atau kaya."Dan Raki terlihat sangat kagum, "Sungguh cewek cantik dan tulus kayak kamu itu sangat langka."Ema tersenyum puas. Episode 2 Setelah dari Kantin, Raki masuk duluan ke kelas, suasana di dalam kampus Kampus kemudian heboh, Raki dibuli oleh Mahasiswa lain karena pakaiannya kumal, "Hei kamu orang miskin, sebaiknya jangan kuliah di sini, malu-maluin Kampus saja."Tiba-tiba Pemilik Kampus datang, "Kamu Raki kan?, Kampus ini mendapatkan donasi besar. Ayo ikut saya, mau memperkenalkan kamu ke Dosen lainnya."Lalu Pemilik Kampus menyapa Mahasiswa tukang Buli, "Ngapain kamu di sini, Boni? Jangan bilang kamu tadi lagi Buli Raki!""Ti ti dak." Jawabnya dengan wajah merah. Sambil meneguk liur, dia lalu kabur karena di dalam ruangan Dosen, terlihat seseorang menunggu. Raki langsung mengenalinya, "Dila, ngapain kamu ke sini?"Dila langsung menghampirinya, "Aku kuliah di sini. Bos Arka takut nanti kamu dibuli, lalu kamu stres, kemudian mengakhiri cerita hidupmu. Bikin Bos gak bisa menebus kesalahannya ke kamu. Telah tabrak gubukmu sampai roboh karena gak sengaja."Raki pun kesal, "Itu bukan gubuk, tapi rumahku."Pemilik Kampus terlihat heran, "Percakapan kalian sama sekali tidak mesra. Apa Raki bukan kekasihmu, Dila?"Dila tersenyum, "Bukanlah, dia cuma orang yang dibantu oleh Bosku."Pemilik Kampus kaget, "Oh gitu, saya kira Raki adalah kekasihmu jadi kamu yang telah donasi ke kampus ini, meminta dipanggilkan Raki. berarti Raki tidak kaya, cuma penerima bantuan dan bukan orang penting."Dila agak kebingungan dengan penjelasan Pemilik Kampus, lalu berucap, "Bisa dibilang begitu. Aku cuma nyampaikan itu saja ke Raki, aku juga kuliah di sini. Tapi yang donasi bukan aku tapi Bos aku, tuan Arka."Lalu pemilik Kampus langsung mengusir Raki, "Kalau begitu aku gak jadi kenalin kamu sama dosen lainnya. Kamu bisa pergi dari ruangan ini, karena urusanmu sama Dila sudah selesai."Namun diluar sana berbanding terbalik, kabar Raki mendonasikan sejumlah uang ke kampus tersebar. Bahkan sampai ke telinga Ema dan Sani."Kamu tahu Ema, berita heboh di kampus, Raki telah mendonasikan banyak uang ke kampus ini. Dia beneran orang tajir."Dan saat bersamaan. Pengumuman dengan pengeras suara terdengar, "Raki bukan pendonasi ke kampus ini. Sekian dan terima kasih."Sani pun kaget, "Yah, ternyata itu cuma hoax."Ema tertawa, "Ha ha ha, masa kamu gak nyadar. Itu cuma akal-akalan Raki. Merahasiakan dirinya sebagai pendonasi. Padahal sebenarnya iya. Karena dia kan lagi pura-pura miskin buat deketin cewek tulus kayak aku yang gak matre."Tiba-tiba ada sesuatu yang heboh lagi di lapangan Kampus. Raki kembali dibuli oleh Boni, "Ternyata kamu jago juga berbohongnya biar lolos dariku. Kali ini tidak akan lolos. Kamu akan kena pukulanku setiap hari sampai kamu memilih ke luar dari kampus ini."Sani terlihat cemas, "Lihat Ema, Raki yang pura-pura miskin itu mau dihajar sama Boni. Ayo kita tolong."Ema menahan Sani, "Jangan dulu..."Dan saat Boni mau mukul Roki. Tiba-tiba Dila muncul dan berdiri dihadapan Boni, "Mau apa kau?"Boni tercengang, kaget dan juga sekaligus terpesona dengan kecantikan Dila."Kamu mahasiswi baru?""Iya, emang kenapa? Mau buli aku juga karena aku baru.""Mana mungkin aku Buli cewek secantik kamu. Aku cuma mau mengusir Raki yang akan merusak pemandangan kampus kita.""Aku tidak memaafkanmu jika mukul Raki."Membuat Boni itu di jarak yang tidak terlalu jauh. Sani terlihat cemas, "Wah, kamu punya saingan, Ema. Ada cewek lain yang kayaknya juga menyadari Raki pura-pura miskin. Jadi belaga sok pahlawan gitu."Ema kembali tersenyum, "Kamu gak sadar Sani. Cewek itu mirip sama Pelayan kemaren yang kita lihat. Dia melindungi Raki bukan karena dia suka, tapi karena Raki itu Bosnya."Sani mengangguk karena baru sadar, "Benar, aku baru ingat."Ema kembali menjelaskan, "Aku sudah menduga. Anak orang kaya pasti ada pelindungnya. Orang tuanya yang kaya tidak akan membiarkan anaknya dalam bahaya saat di luar rumah."Sani kemudian mendorong-dorong Ema, "Sebaiknya kamu juga ke sana. Belaga melindungi Raki. Ini kesempatan bagus buat Raki semakin menyukaimu."Ema pun menghampiri Doni dan mendorongnya, "Awas kalau kamu berani melukai Raki."Boni semakin terheran-heran, "Ada apa dengan dunia ini? Ke ke kenapa dua cewek cantik seperti kalian malah melindungi cowok miskin seperti Raki?"Ema lalu berucap, "Emang kenapa kalau dia miskin? Hah..."Boni cuma bisa terperangah dan menarik tangan Dila. Dan mengajaknya pergi menjauh. Saat sudah jauh. Raki bicara ke Dila, "Kamu jangan dekati aku. Kalau Ema mengira kita punya hubungan, lalu Ema menjauhiku gimana?"Dila menjawabnya sambil menunduk, "Maaf, tapi aku cuma menjalankan perintah Bos Arka. Jangan laporin ke Bos ya, aku ikut campur urusan pribadimu."Raki mengangguk. Kemudian Dila mendekati Raki, "Cewek itu, kamu terlihat memarahinya?"Raki pun kaget, "Apa aku terlihat seperti itu? Aduh, aku harus minta maaf ke Dila."Ema lalu berucap, "Kamu tidak perlu minta maaf, cukup naikan gajinya saja. Pasti dia senang. Dia cuma menjalankan tugasnyakan!"Raki terlihat baru sadar, dan berucap dalam hati, 'Oh iya aku lupa. Raki kan lagi pura-pura miskin. Aku harus bicara hal lain.'Ema kembali berucap, "Maksudku, kamu ada niatan gak ngajakku makan..."Raki langsung berucap, "Tentu. Bagaimana besok setelah perkuliahan selesai."Raki baru sadar dan takut Ema tidak menyukainya, "Kok kamu gak langsung nanyain tentang Dila, apa kamu tidak cemburu?"Ema tersenyum, dalam hati berucap, 'Sebenarnya aku sudah tahu siapa cewek yang kamu sebut Dila itu, pasti pelayan kamu kan, Raki. Selama kamu sebenarnya kaya, tapi karena kamu lagi pura-pura miskin, jadi aku akan ikuti alur ceritamu. Agar tetap bisa deketin kamu.'Kemudian Ema bicara ke Raki, "Sepertinya Dila menyukaimu tapi kamu tidak menyukainya. Selama kamu tidak suka cewek lain selain aku. Maka aku tidak perlu cemburu."Raki terlihat gembira dan Ema tersenyum dengan penuh maksud tersembunyi. Episode 3 Keesokan harinya di depan Kampus setelah perkuliahn selesai."Ayo kita pergi, makan bersama!" Ucap Ema tercengang dengan yang dia lihat, "Pakai Sepeda?""Iya, tidak apa kan. Maklum aku miskin jadi gak sanggup beli motor. Ini sepeda aku beli bekas dan kredit lagi."Dalam hati Ema terlihat kesal, 'Jika kamu sebenarnya bukan orang kaya, aku gak bakalan mau. Untung kamu cuma pura-pura miskin.'Lalu berucap, "Baiklah, aku naik." Dengan senyuman yang itu di samping kampus, Dila mulai menanyakan perintah Arka yang menurutnya aneh, "Kenapa Tuan terus berlaku baik sama Raki, sampai-sampai memerintahkan aku untuk mengawasi dan melindunginya dari Boni si tukang Buli. Harusnya kan Tuan cukup ganti rugi dengan membangun kembali gubuk Raki yang Tuan tabrak. Bahkan Tuan bisa bikin yang lebih bagus dari sebelumnya."Dan Arka menjawab, "Sebenarnya aku punya alasan lain. Jika tidak ada gubuknya saat kejadian kecelakaan waktu itu, aku mungkin langsung terjun ke jurang bersama mobil yang ku kendarai. Bisa dikatakan, hidupku terselamatkan oleh Raki yang membangun gubuknya di sana. Jadi aku ingin terus membalas budi seumur hidupku karena membuat aku punya kesempatan hidup lebih lama."Dila mulai mencoba menebak maksud tuannya, "Jadi itu alasannya Tuan tidak membangun kembali gubuk Raki. Jika Tuan bangun, maka Raki akan menolak semua bantuan Tuan lainnya. Karena Raki akan menganggapnya impas."Arka mengangguk, "Benar. Oh ya, kok Raki belum datang juga. Aku mau mengantarnya pulang ke rumah kontrakannya."Dila membalas, "Tadi Raki bilang, Tuan gak perlu antar jemput dia lagi. Karena dia udah punya Sepeda. Dan dia sepertinya lagi kencan."Kembali ke Raki dan Ema yang sudah sampai di tempat makan di pinggir penasaran karena Ema terlihat diam terpatung, "Kok kamu cuma diam?"Ema yang baru pernah makan di pinggir jalan benar-benar tidak menyangka dengan suasananya yang menurutnya sangat buruk. Tapi dia berusaha menyembunyikannya dari Raki. Lalu mencoba membuat alasan."Aku gak suka daging ayam, sukanya ikan."Dan tiba-tiba penjualnya mengambil daging ayam di piring dihadapan Ema, lalu meletakan ikan goreng dengan tangan kosong. Sambil berucap dengan santai, "Tenang, aku juga jual ikan goreng selain ayam."Seketika membuat Ema terperangah, "Kok pakai tangan..." Ucap Ema sambil gampangnya si penjual bilang, "Kan di sini makannya pakai tangan. Jadi gak masalah aku pakai tangan juga."Sambil menggengam tangannya, Ema berucap dalam hati dengan penuh emosi, 'Masalahnya ngambilnya pakai tanganmu bukan tangan aku.'Lalu Raki bicara, "Ayo, Ema. Di makan. Enak loh."Sambil menahan nangis, Ema mengangguk. Sebelum makan dia mengirimkan pesan ke Sani, 'Siapkan obat sakit perut untuk ku.'"Kirim pesan ke siapa?" Ucap Raki dengan penuh curiga dan langsung dijawab, "Sahabatku, dia juga cewek."Jawaban Ema membuat Raki tenang selesai kencan dengan Raki. Ema langsung mampir ke rumah Sani sambil marah-marah."Baru kali ini aku nemuin ujian jadi istri orang kaya lebih menyiksa dibandingkan ujian sekolah. Aghhhh. Sepertinya aku akan menyerah dan ingin berhenti saja."Dan Sani membalas, "Jangan dulu, coba lihat."Sani memperlihatkan Hpnya ke Ema. Terlihat video di sosial media yang viral, di komentari hingga di like ratusan ribu orang. Dengan keterangan, 'Luar biasa, sudah langka cewek cantik dengan pakaian bagus yang mau diboncengi pakai sepeda sama pasangannya yang terlihat miskin dengan baju jeleknya.'Lalu tiba-tiba Hp Ema berbunyi terus menerus. Ema melihat Hpnya dan muncul banyak notifikasi dari sosial medianya. Pengikutnya pun terus bertambah drastis. Dengan komentar yang banyak dan rata-rata isinya positif memuji ketulusan Ema. Bahkan Ema langsung mendapatkan tawaran Sani berucap, "Sepertinya ada yang merekam kamu sama Raki diam-diam. Dan ada Nitizen mengenali wajahmu sampai menuliskan akun Medsosmu ke kolom komentar."Ema kemudian tersenyum, "Aku setuju denganmu, jangan dulu menyerah. Aku harus lanjutkan. Cuma kita yang tahu Raki pura-pura miskin. Saat ini aku sepertinya dapat keuntungan dengan terkenal di Internet. Dan aku juga sudah punya jaminan masa depan cerah nantinya dengan jadi istri Raki yang merupakan orang kaya, tapi sekarang lagi pura-pura miskin."Dia tertawa lepas, "Hahaha."Kemudian terhenti saat Sani bilang, "Kamu butuh obat sakit perutmu?"Membuat Ema mengingat kembali kenangan buruknya makan makanan jorok baru-baru ini. Hingga tawanya sirna seketika. Episode 4 Ema terbangun karena suara Telpon. Saat diangkat suara Raki terdengar, "Besok kita libur kuliah, bagaimana kalau ke tempat wisata bersama!"Ema tersenyum, "Jadi kamu punya uang buat bayar tiket masuknya." Dalam hati berucap, 'Ayolah Raki ngaku saja kamu sebenarnya kaya dan sudahin pura-pura miskin ini.'Lalu Raki menjawab, "Kita mulung sampah dulu buat cari uangnya..."Bikin Ema emosi dan dengan cepat menjawab, "Aku aja yang bayarin." Ucapnya dengan dibalas oleh Raki, "Baiklah, sampai jumpa besok, oh ya. Jangan hubungi nomor ini. Aku pinjam Hp orang." Lalu telpon di dengan napas tesengal-sengal karena emosi Ema berucap, "Kamu masih mau nguji aku apa benar-benar tulus. Ok, aku tidak akan nyerah."Kemudian tiba-tiba Sani muncul, "Kamu bangun tidur kok kayak habis lari di kejar-kerjar istri sah karena rebut suami orang."Ema makin kesal, "Kamu ngapain di rumahku?"Sani balik marah, "Aku yang harusnya tanya, kenapa kamu tidur di rumahku."Ema teringat sesuatu lalu melihat Hpnya, "Jika aku di rumahmu, berarti.... Kok Instagramku gak naik followernya?"Sani menjawab, "Siapa juga yang follow kamu, udah matre, sombong lagi."Bikin Ema marah, "Sialan, kamu itu sahabatku atau bukan sih. Sini terima pukulanku..." Ema berusaha melayangkan pukulan sambil tetap di atas menjauh beberapa langkah saja, "Eh gak kena."Lalu Ema tiba-tiba terdiam, "Kalau jadi selebgram itu cuma mimpi, berarti makan sama Raki juga harusnya cuma mimpi." Kemudian tersenyum Sani berucap, "Bukannya kamu tidur di sini gara-gara efek samping obat sakit perut yang kamu makan setelah habis makan sama Raki."Ema histeris, "Aaaa, jadi aku makan dengan lauk dipegang-pegang Penjual itu nyata? Kenapa harus hal buruk yang nyata bukan hal baik."Sani menyambung, "Emang begitukan, makanan yang dijual perlu dipegang sama penjualnya."Ema menjawab, "Kalau saat mentah atau gak aku ketahui gak masalah. Itu udah masak terus pegangnya di hadapanku lagi. Gimana gak ngeselin."Sani mencoba menenangkan, "Udah-udah. Demi jadi istri orang kaya, kamu harus menerima semua ujian ini."Ema terlihat mulai ragu, "Huh, aku kok mulai gak yakin, dia bener-bener kaya. Dia lebih mendekati bener-bener miskin dari perlakuannya ke aku. Masa dia yang ngajak ke tempat wisata, aku yang bayarin tiketnya."Sani menunjukan sebuah foto di Hpnya, "Lihat rumah ini, apa mirip dengan rumah kontrakan?"Ema menjawab, "Bukannya itu foto rumah mewah?"Sani menjawab, "Aku buntuti Raki diam-diam. Saat dia ingin masuk ke rumah itu. Langsung aku muncul dan tanya, lalu dia jawab itu rumah kontrakannya. Masa kamu sebagai pasangannya tidak tahu di mana dia tinggal sekarang."Ema tersenyum, "Alasan yang tidak masuk akal. Aku harus tanyain dan minta diajak ke tempat tinggal, besok ke Raki. Setelah itu aku akan cecar dia banyak pertanyaan. Sampai mengakui bahwa dia pura-pura miskin dan ternyata kaya. Dengan begitu aku bisa lanjutin hubungan dengan Raki tanpa perlu melewati hal-hal miskin lagi. Hahaha"Sedangkan di tempat lain. Di Kantor Arka, Dila sedang membahas sesuatu."Menjadikan salah satu rumah mewahmu sebagai Kontrakan untuk Raki. Apa itu gak berlebihan Tuan?""Aku sebenarnya ingin memberikan rumah itu ke Raki, tapi tidak ingin Raki bilang impas atas kesalahanku menabrak Gubuknya. Dan tidak mau menerima bantuanku lagi.""Oh iya Tuankan pernah bilang, berkat Raki dirikan gubuknya di pinggir jurang. Tuan yang harusnya jatuh ke jurang berhasil selamat dan tetap hidup. Hal itu membuat alasan Tuan ingin melakukan pembalasan budi seumur hidup ke Raki. Termasuk mengantar Raki pulang pergi ke kampus dengan mobil. Tapi kenapa harus di sisi kampus yang sepi?""Ini ada hubungannya kenapa aku menyuruh kamu kuliah satu kampus dengan Raki!""Biar pekerjaanku mudah, cukup mengawasi Raki sekaligus sambil melanjutkan pendidikanku yang tertunda." Jawab Dila."Bukan, tapi biar kamu bisa melindungi Raki dari tukang buli si Boni.""Oh yang itu, jadi Tuan kenal Boni?""Kenapa baru tanya sekarang? Bukannya aku sudah sebutin nama Boni berkali-kali ke kamu. Iya, aku kenal Boni karena dulu kami kuliah seangkatan di kampus itu. Aku lulus, dia masih gak lulus. Jadi aku tahu betul tentang Boni. Dan aku tidak ingin Boni mengetahuiku."Tiba-tiba di tempat lain Boni yang masih di ruang kesehatan kampus, tersedak, "Uhukkk uhukkk."Anak buah Boni langsung menyapa, "Akhirnya Bos sadar juga dari penyakit mematungnya setelah satu hari lamanya. Aku hampir khawatir harus cari Bos lain."Boni tanya, "Emang apa yang terjadi, padaku? Lek."Lek menjawab, "Tadi Bos mematung setelah melihat Raki yang miskin itu dibela sama dua cewek cantik di kampus.""Sial tuh Raki. Beruntung sekali. Di mana dia sekarang?.""Terakhir aku lihat, dia pakai sepeda berboncengan sama Ema." Jawab kaget dan kembali Ema mau pulang dari rumah Sani, dia bersin, "Hajhiiii"Sani langsung berkomentar, "Kayaknya penjual yang tadi kamu bicarakan, sedang membicarakanmu!"Ema langsung narik kerah baju Sani, "Jangan ingatkan aku pada itu lagi."Sani sambil menahan tawa bilang, "Seram, kayak penyihir."Ema melepaskan tangannya dari kerah baju Sani. Lalu berbalik menghadap pagar. Dengan senyuman sinisnya Ema bicara sendiri, "Raki, trauma yang aku alami, kamu harus membayarnya dengan pengakuan siapa dirimu sebenarnya, orang kaya yang pura-pura miskin. Aku akan membuat kamu besok mengaku. Hahaha." Tawa Ema menyerupai tempat pembuangan sampah, Raki bersin-bersin, "Hachiii hachiii."Raki terlihat cemas, "Kok aku bersin-bersin. Bukannya aku terbiasa mulung sampah. Apa jangan-jangan level kemiskinanku berkurang. Aku harus lebih semangat lagi untuk mungutin sampah kayaknya." Episode 5 Kembali Ema berboncengan dengan Raki menggunakan sepeda butut. Kedatangan mereka di tempat wisata kota langsung menjadi perhatian para pengunjung di sana. Apalagi saat Ema dengan pakaian bagusnya menggandeng Raki dengan pakaian buluk mirip pemulung. Orang-orang di sana sampai tercengang. Saat Ema melihat orang yang jualan pakaian, Ema langsung menarik Raki ke sana, "Lihat Raki, pakaiannya bagus-bagus. Ada yang kamu suka?"Raki menjawab sambil garuk-garuk kepala, "Ada sih, tapi aku gak punya uang buat belinya."Ema langsung mengambil pakaian yang dia suka dan mengarahkannya ke badan Raki, "Baju ini cocok sama kamu. Kamu gak punya uang, gak apa-apa. Biar aku yang beli'in yang ini. Sekarang, silahkan pilih yang kamu suka, nanti biar aku juga yang bayar."Raki terlihat tidak enak dan bilang, "Pilihan kamu juga aku suka." Jawab Raki meskipun, baju itu bukan yang dia sukai karena terlalu bagus. Tapi karena Ema yang milihkan dan dia tidak ingin membuat Ema kecewa, dia bilang lalu membayarnya, dan ketika Raki mengambil pakaian yang dibeli itu. Si penjual berbisik di telinga Raki, "Kamu pakai dukun yang di mana? Aku juga mau coba."Membuat Raki emosi, "Kamu gak lihat aku miskin kayak gini, mana sanggup bayar dukun."Ema tercengang, apalagi si penjual yang terperangah. Bahkan orang-orang di sana yang dari tadi memperhatikan mereka terheran-heran yang merasakan mereka terus diperhatikan orang-orang mulai merasa tidak nyaman, "Sebaiknya kita pulang aja Ema?"Ema langsung jawab, "Kenapa, kita kan belum coba permainan di sini..."Raki langsung membalasnya, "Apa kamu tidak malu Ema, diperhatikan orang-orang karena jalan sama aku."Dan Ema menjawab dalam hati, 'Tentu aku malu, makanya sudahi pura-pura miskinmu.'Tapi Ema bilang ke Raki, "Buat apa aku malu, justru aku bangga bisa dekat denganmu yang apa adanya, harusnya mereka yang malu melihatmu dengan tatapan sinis gitu, seperti gak terima kamu dekat denganku."Raki semakin mengagumi Ema. Sambil menggengam tangannya dan menatap tajam orang-orang disekitarnya, Raki berucap dalam hati, 'Aku harus keluar dari kemiskinan ini, aku tidak tega melihat Ema terus dipandang aneh gitu sama orang-orang.'Dan Ema menyudahi lamunan Raki, "Hey, Raki. Ini aku udah beli dua tiket. Kita coba main Komedi Putar yuk."Selesai main. Saat Raki mengajak pulang Ema, "Ayo Ema kita pulang."Langsung disambut Ema, "Ayo, ajak aku ke tempat tinggalmu ya."Raki terdiam dan bicara dalam hati, 'Kalau aku ajak ke tempat tinggalku, yang udah roboh kasian Ema. Mungkin aku ajak saja ke kontrakan aku, "Baiklah, kebetulan jaraknya tidak jauh dari sini. Kita bisa istrirahat di sana dulu. Baru nanti aku antar ke rumahmu."Ema tersenyum. Bersiaplah Raki, beribu alasanmu nanti tidak akan sanggup menjawab pertanyaanku. Aku pastikan kamu tidak bisa berkata apa-apa lagi dan mengaku bahwa sebenarnya Senyuman Ema semakin lebar saat Raki membawanya ke rumah mewah. Raki langsung bilang, "Ini cuma rumah kontrakanku."Ema langsung bertanya, "Rumahnya sangat besar, bukannya kamu gak punya uang, bagaimana bisa bayar kontrakan semewah ini."Raki jawab, "Temanku yang bayar."Ema tanya lagi, "Kok temanmu mau bayarin."Raki cemas, "Temanku itu cowok, bukan cewek. Jadi jangan cemburu ya."Ema dengan wajah cemberutnya, "Lihat orang-orang yang kita temui. Mereka melihat kamu saja tidak suka. Bagaimana bisa kamu punya orang yang jadi temanmu dan mau membantumu bayar kontrakan ini yang pasti mahal."Raki menjawab, "Aku bisa dapapetin cewek tulus kayak kamu sebagai pasangan, apalagi dapaten teman yang tulus pasti bisa."Ema terperangah, dia kali ini kehabisan kata-kata. Pengen rasanya Ema bilang, 'Aku tahu kamu kaya tapi pura-pura miskin makanya aku mau jadi pasanganmu.' Tapi dia gak bisa berkata rasa putus asa Ema bilang, "Aku langsung pulang aja, nanti kalau tetangga lihat aku dan kamu masuk ke rumah kontrakan itu mereka akan mengira yang tidak-tidak."Raki pun setuju dan langsung melanjutkan mengantar Ema di depan rumah yang ditunjukan Ema. Raki langsung terperangah, "Rumahmu bagus sekali."Dan Ema membalasnya, "Tapi masih kalah gede dari rumah kontrakanmu."Raki cuma bisa tersenyum dan pamit pulang. Episode 6 Keesokan harinya. Raki menemui Arka di kantornya dan langsung memohon, "Berikan aku pekerjaan. Jadi apapun aku mau. Aku ingin keluar dari kemiskinan ini. Agar Ema tidak dihina orang terus karena punya pasangan sepertiku."Tanpa pikir panjang Arka menyetujuinya, "Baiklah, akan aku beri kamu pekerjaan."Arka mengajak Raki ke sebuah kantor lain. Dan Raki langsung tanya, "Di mana pelnya?, aku akan langsung bekerja untuk membersihkan kantor ini."Arka tersenyum, "Kamu tidak perlu melakukan itu, karena pekerjaanmu bukan petugas kebersihan tapi pimpinan perusahaan ini."Raki dalam kantor pimpinan, Raki duduk di kursi pimpinan perusahaan itu. Dan Arka di depannya duduk dan bicara, "Jadi apa rencanamu?"Raki menjawab, "Aku akan berhenti kuliah dan fokus bekerja."Arka kaget mendengarnya, "Kenapa? Bukannya kamu susah payah untuk masuk kuliah."Raki menajawab, "Aku kuliah agar nanti lulus dapat pekerjaan yang lebih baik. Sekarang aku udah mendapatkannya. Jadi tidak memerlukan kuliah lagi."Arka mengangguk, "Kalau itu keputusanmu. Apa boleh buat."Sementara itu di kampus. Kabar bahwa Raki berhenti kuliah tersebar hingga sampai ke telinga Ema. Tentu membuat Ema terkejut dan Sani mulai mengeluarkan pikiran liarnya, "Apa jangan-jangan Raki gak punya uang buat lanjutin kuliah? Dan sebenarnya dia benar-benar miskin."Ema masih tidak terima, "Kita tanyakan ke Dila, dia yang kita curigai pura-pura jadi teman Raki tapi sebenarnya pelayannya Raki. Pasti tahu!"Ema dan Sani menanyakan keberadaan Dila ke mahasiswa lain. Dan mahasiswa lain itu bilang, "Aku lihat Dila di belakang kampus."Ema dan Sani langsung ke belakang kampus. Mereka melihat Dila sedang menelpon seseorang. Lalu mereka memutuskan untuk mengintip dan mendengarkan pembicaraan Dila secara Dila bicara dengan seseorang lewat Hpnya, "Raki beneran berhenti kuliah Bos?, kenapa Bos gak bantu Raki? Apa jangan-jangan Bos sudah bangun gubuk Raki yang Bos tabrak itu. Jadi gak bisa bantu Raki lagi karena dianggap impas. Bos gak lagi kasih rumah kobtrakan mewah itu ke Raki dan Bos gak ngantar Raki lagi dengan mobil mewah Bos?"Kemudian Dila diam beberapa lama mendengarkan balasan telpon bicara kembali, "Jadi tugas aku mengawasi Raki di kampus ini selesai?"Kembali diam dan mendengarkan. Lalu Dila bicara lagi, "Sebenarnya, aku masih mau kuliah Bos."Dila tersenyum, lalu berucap, "Benarkah Bos, aku boleh lanjutin kuliah. Terima kasih banyak Bos."Ema syok mendengar percakapan Dila itu dengan Bosnya. Dia tahu Bos Dila bukanlah Raki. Kontrakan Rumah mewah dan antar jemput mobil mewah itu cuma yang bantuan untuk Raki dari Bos Dila. Kemudian Sani berucap, "Tuh kan, Raki beneran miskin."Ema menarik kerah baju Sani, "Sebelumnya kamu bilang Raki pura-pura miskin padahal kaya, sekarang yakin betul dia miskin. Mau kamu apa?"Sani kaget, "Ma ma maaf. Tapi kamu harus secepatnya memutuskan hubungan ke Raki, sebelum terlambat."Tiba-tiba Ema mendapatkan telpon dari nomor baru, Ema lalu mengangkatnya. Terdengar suara Raki, "Ema, ini aku Raki. Kemaren saat kamu bilang tidak enak sama tetangga ketika mau masuk ke rumah kontrakanku. Aku baru sadar itu kode darimu. Agar aku segera ngajak kamu nikah. Jadi apa kamu mau ni..."Ema langsung memotong pembicaraan, "Kita putus." Dengan napas langsung tanya, "Kenapa? Aku butuh alasan darimu."Dan Ema menjawab, "Karena kamu tidak kaya." Dan langsung menutup itu di tempat kantor Raki. Arka langsung tanya, "Jadi kapan kalian akan menikah?"Raki dengan wajah syok menjawab, "Ema putusin aku."Membuat Arka terkejut, "Apa? Kenapa?"Dan dijawab Raki, "Karena aku tidak kaya..."Arka kesal, "Telpon dia sekarang, kamu sudah jadi pimpinan perusahaan. Bilang kamu sudah kaya."Dan dijawab Raki dengan nada tinggi, "Tapi aku belum mendapatkan pemasukan. Artinya aku belum kaya. Aku harus menunggu hingga mendapatkan pemasukan dari perusahaan ini. Baru bilang ke Ema!"Beberapa bulan kemudian. Saat Ema dan Sani nonton Tv, mereka terkejut. Ada Raki di dalam tayangan Tv itu dan diberi keterangan Pimpinan Perusahaan PT Raki Properti. Raki ditanya wartawan, "Bisa dijelaskan bagaimana anda bisa mewujudkan Rumah 0 rupiah untuk rakyat miskin?"Raki menjawab, "Setiap membangun rumah perlu biaya dan orang-orang miskin tidak punya uang untuk biaya cicilan rumah. Jadi aku kasih pekerjaan untuk orang-orang miskin itu di perusahaanku. Sehingga mereka punya gaji. Lalu gaji mereka akan dipotong 10% untuk biaya cicilan rumah mereka perbulan. Mereka menepati rumah itu tanpa uang satu rupiahpun. Bahkan mereka dapat pekerjaan sekaligus uang dari gaji 90% sisanya."Wartawan kagum, "Luar biasa. Kenapa anda bisa kepikiran untuk memperhatikan orang-orang miskin sampai segitunya. Sedangkan wakil rakyat tidak kepikiran sampai disitu."Raki menjawab, "Dulu aku pernah miskin. Tapi berkat motivasi dari pasangan saya dulu. Aku bertekad untuk keluar dari kemiskinan ini dengan bekerja keras sampai jadi seperti ini."Ema dan Sani menyaksikan berita itu benar-benar terkejut, tercengang dan terperangah. Sani langsung bilang, "Cepat datang ke tempat Raki. Bilang kamu menyesal dan minta balikan kembali."Ema langsung menampar Sani, 'Plakkkk'Dan berucap, "Hentikan Sani. Aku malu tahu. Aku bahkan tidak berani melihat wajah Raki langsung. Apalagi sekarang Raki sudah punya pasangan yang memotivasinya jadi kaya. Harapanku sudab sirna."Kemudian wartawan di Tv bertanya kembali, "Siapa perempuan pasangan anda itu yang luar biasa memotivasi anda hingga jadi sukses?"Dan Raki menjawab, "Namanya Ema."Kembali Ema tercengang dan air matanya tidak terasa saat kemudian, Sani kembali bertanya ke Ema, "Jadi kamu gak ke tempat Raki?"Dan dengan senyum bahagia Ema menjawab, "Dia udah bilang pasangannya adalah aku, jadi aku akan menunggu di rumahku ini sampai dia datang menemuiku dan ajak aku nikah lagi. Pasti aku terima. Jadi aku akan setia menunggunya." Ucap Ema dengan senyuman tanpa di tempat Raki, Arka bertanya ke Raki, "Kenapa kamu belum menemui Ema?"Raki menjawab, "Dulu Ema menolakku karena aku tidak kaya. Sekarang aku sudah kaya dan memberitahu lewat Tv tadi. Pasti Ema akan menyaksikannya dan tahu aku sudah kaya jadi dia akan datang ke tempatku dan ajak aku balikan lagi. Aku akan setia menunggunya." Ucap Raki dengan senyuman Raki dan Ema terus-terusan menunggu, tidak ada yang mau mengalah menemui duluan. Hingga bertahun-tahun lamanya sampai umur mereka tamat.Selesai Cerpententang lelaki masa lalu ini sebenarnya sudah saya tulis sejak tahun 2011 lalu, tapi memang proses penggarapannya ogah-ogahan. Cerpen ini bercerita tentang seorang wanita yang mencintai laki-laki dan hingga laki-laki itu memiliki istri, cintanya tak pernah pudar sedikitpun. Cerpen tentang tak bisa melupakan mantan, mungkin ini yang tepat Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Cerpen Pak Miskin dan Kartu MiskinnyaAwan berarak. Cerah sekali warnanya. Biru dan membiru sebagai penghias langit nan tinggi. Mengornamen pagi itu. Seorang lelaki tampak bergegas. Langkahnya cepat sekali. Kantor Kelurahan menjadi targetnya. Hari itu lelaki yang bersandal jepit butut dengan baju kaos partai dan celana pendek bola datang ke Kantor kelurahan. Tujuannya amat jelas, memenuhi undangan kelurahan yang diterima istrinya kemarin sore." Alahmdulillah Bu. Akhirnya kita tercatat sebagai orang miskin. Dan kita sudah sah sebagai warganegara miskin," ujarnya kepada istrinya usai membaca surat yang diberikan istrinya. Istrinya hanya terdiam. Bingung. " Kok bangga sekali jadi orang miskin," pikir istrinya sembari berlalu meninggalkan sang suami yang masih menatap surat dari kelurahan itu dengan wajah sumringah. Seolah-olah baru saja memenangkan undian lotere berhadiah milyaran dari kantor kelurahan, lelaki miskin itu tak langsung pulang ke rumah. Tujuannya kini ke pasar. menemui rekan-rekan sejawatnya. Tukang parkir, tukang becak, dan sejumlah profesi lainnya yang koheren dengan profesi tak berdaya ledak tinggi sepertinya dirinya sebagai pemulung. lelaki itu ingin mengabarkan kabar bahagia yang diterimanya. Dan kabar gembira ini harus diketahui oleh rekan sejawatnya biar mareka mendapatkan juga predikat orang miskin dari Pemerintah." Kamu ini kok aneh. aneh sekali. Bahagia banget dapat kartu miskin," tanya rekannya yang berprofesi sebagai tukang tabal ban." Kamu harus tahu dan pahami bahwa dengan kartu ini kita telah mendapat legitimasi dari pemerintah sebagai orang miskin. Sah sebagai orang miskin. Tak perlu didata lagi," ungkapnya dengan nada suara gembira." Betul sekali. buat apa kita selama ini didata. Ditanyain ini itu. Memusingkan kepala. Ujung-ujungnya tetap miskin,' bela rekannya." Nah sekarang saya mau tanya?Apa keuntungannya dapat kartu miskin," tanya temannya lagi dengan rasa penasaran." Banyak keuntungan yang akan kita dapati. Ntar kamu kalau sudah dapat kartu baru bisa merasakan saktinya kartu ini. Sekarang saya mau pulang. mau mengabarkan kepada istri kabar bahagia ini," katanya sambil meninggalkan rekan-rekannya yang masih miskin itu tidak pernah merasa sedih dengan nasib miskinnya. Sama sekali tak protes dengan nasib keluarganya juga miskin. Ayahnya cuma seorang penarik becak. Adiknya juga sama. Meneruskan profesi Ayahnya sebagai pembecak. Demikian juga dengan adik perempuannya. Hanya sebagai buruh cuci harian di miskin itu juga tak pernah protes kepada Tuhan soal kenapa dirinya miskin. Apalagi kepada pemerintah. Bagi lelaki miskin itu kemiskinan dirinya dan keluarga sudah menjadi takdir hidup yang tak bisa dilawan. apalagi diprotes sebagaimana demo protes yang sering dilihatnya di televisi milik tetangganya. " Buat apa protes? tak ada gunanya. Vma buang-buang waktu saja,' ungkapnya sewaktu temannya mengajak dirinya protes ke Pak RT kenapa mareka tidak dapat beras miskin." Toh mareka punya data kok siapa warga miskin di RT kita. jangan-jangan kita bukan warga miskin,' ujarnya sembari ketawa yang membuat temannya langsung lelaki itu merasa tak perlu susah lagi kalau ada pembagian beras buat warga miskin. dirinya sudah punya kartu miskin dari negara. Dirinya tak perlu mengantri lagi kalau ada pembagian sembako murah. dirinya suda punya kartu miskin." Makanya kamu harus dapat kartu miskin dari negara kalau kamu mau tidak mau antri kalau ada pembagian sembako," pesannya kepada teman-temannya. 1 2 Lihat Cerpen Selengkapnya
\n\n\n \ncerpen tentang keluarga miskin
Cerpen" Si Miskin yang Sukses" 1. Contoh Descriptive Text Tentang Ibu. Aku berasal dari keluarga yang miskin, ayahku sebagai petani dan ibuku sebagai penjual kangkung . Setiap hari telingaku mendengar ejekan-ejekan yang pahit dari teman-temanku, ada yang mengatakan aku tidak tahu diri karena aku anak orang miskin seharusnya aku tidak perlu Namaku Mutiara. Aku anak satu-satunya di keluarga kecil ini. Ayah dan ibu pernah bilang, nama itu tercipta karena aku adalah perhiasan dan harta satu-satunya yang paling berharga. Bisa saja itu benar karena ayah dan ibu memang tak punya harta apa pun sejak pergi dari desa. Ayah dan ibu merantau ke Jakarta karena diiming-imingi teman untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Setelah menjual segala yang mereka punya dan berangkat ke Jakarta, teman ayah justru hilang bawa kabur uang tersebut. Ayah dan ibu terpaksa menguras tenaga yang tersisa untuk bekerja serabutan. Pulang ke desa sudah tidak mungkin, uang sudah tak bersisa. Lagipula, keduanya sudah kelewat malu menampakkan wajah ke orang-orang desa. Di kota yang penuh luka ini, kami tinggal di kos murah yang sering mati listrik. Untuk membantu ayah dan ibu, aku berjualan gorengan keliling. Kadang saat hujan, aku menemani ayah berjualan jas hujan di pinggir jalan. Di waktu senggang, aku menawarkan jasa pijat dan bersih-bersih. Baca juga Air Mata untuk Arcana Aku benar-benar harus bersyukur bukan? Pemilik kos kami, Ibu Vina, sangat baik, terutama jika dibandingkan ibu-ibu kos sebelumnya. Mereka biasanya mengusir kami setelah tak sanggup membayar uang kos. Ibu Vina juga sering memberikan pekerjaan membereskan rumah kepada ibu setelah acara hajatan. Ibu Vina juga enggan menaikkan biaya kos karena iba. Sebagai gantinya, Ibu Vina memintaku membersihkan kamar-kamar kos kosong yang harus siap sebelum penghuni baru tiba. Malam ini, listrik lagi-lagi padam serentak. Di minggu ini saja, sudah tiga kali pemadaman listrik terjadi. Untungnya, rumah mewah yang berjarak 2 menit dari kos masih terang-benderang. Kami bersyukur lampu-lampu rumah dengan pagar yang tingginya dua kali lipat dari tubuhku itu, sedikit menyinari kami. Hanya sedikit, karena kami mendapatkan bayangan lampu di balik tembok pemisah yang juga sama tingginya. Malam ini, aku sendirian di kamar. Ayah dan ibu belum pulang karena tengah diminta membantu acara hajatan anak ketua RT. Aku bergegas mencari lilin sisa kemarin di bawah tumpukan baju kotor ayah. Lalu aku berjalan ke pintu, merogoh kantong jaket Ayah untuk mencari korek api. Aku menyalakan lilin yang tinggal sepertiga itu dengan hati-hati. Seketika kamar sempit ini dihiasi cahaya remang-remang. Sudah lebih baik. Sudah jauh lebih baik. Aku kali ini harus benar-benar bersyukur, bukan? Aku melihat bayanganku terpantul di dinding. Terkenang masa-masa lampau ketika ayah mencoba mengusir rasa takutku dengan membuat bayang-bayang hewan dengan jarinya. Ayah akan membuat bayangan burung, kelinci, rusa, kucing, ular, siput, banteng, dan gajah. Masih terngiang suara ayah yang terkekeh melihat aku kikuk dan kesulitan menirukan gerak jemarinya. Aku bahagia saat itu. Aku menatap cermin yang berada di samping kanan bayangan. Cermin retak itu memantulkan bayangan lilin dengan cantik. Aku menirukan bayangan bebek dan burung yang menurutku terlalu mudah. Dalam remang-remang, aku bergeser mendekat ke arah cermin untuk melihat bayanganku lebih jelas. Ada bayang-bayang perempuan cantik dengan tas mentereng. Ada bayang-bayang laki-laki tampan menjemput dengan mobil dan membawaku makan di restoran mewah. Aku melihat baju-baju bermerek tersusun rapi di lemari kaca. Aku melihat perhiasan berebut melingkari leher dan lengan. Aku melihat rumah-rumah dengan pilar-pilar tinggi menjulang. Aku melihat… …lilin habis. Baca juga Meneguk Air Mata Aku menghela napas panjang. Dengan setengah meraba, aku beranjak mencari lilin lainnya di pojok ruangan dan menyalakan lilin baru yang juga tinggal sepertiga. Aku menggeser tumpukan kain dan menaruh lilin dengan hati-hati di samping cermin. Aku ingin melihat bayang-bayang lain lagi. Bayang-bayang yang lebih menarik dari bayangan yang ayah buat. Bayang-bayang yang lebih menarik dari hidupku yang membosankan. Listrik menyala. Ayah dan ibu mengetuk pintu. Aku menatap ayah dan ibu dengan tatapan kecewa untuk pertama kalinya. Aku menatap wajah mereka yang renta dan keriput. Aku tahu sedang menatap kemiskinan. Mereka pun hidup dengan bayang-bayang kemelaratan yang setia. Menatap bayangan di cermin kini menjadi rutinitasku setiap lampu padam. Aku menanti-nanti kapan selanjutnya pemadaman listrik agar aku bertemu dengan bayang-bayang baru. Aku sudah menyiapkan sketsa bayangan-bayangan Bayangan bepergian keliling dunia, melanjutkan pendidikan di kampus ternama, bekerja di gedung tinggi ber-AC, berkeliling butik terkenal, memiliki mobil mewah, memiliki kekasih serupa pangeran tampan, undangan pernikahan yang megah, dan bahkan…aku memiliki bayangan lahir di keluarga yang berbeda. Bayang-bayang itu semakin lama semakin kabur seiring dengan seringnya aku mencari. Bayangan yang indah digantikan dengan bayang-bayang diriku Rambut kusut, wajah kusam, alis yang tidak rata, hidung yang pesek, badan yang tidak tinggi, bunyi kipas rusak, lengking pertengkaran tetangga, lilin yang hampir habis, serta hidup yang menyedihkan. Bayangan di cermin semakin lama semakin tidak menyenangkan. Kadang-kadang muncul bayangan ibu menangis, atau bayangan ayah berjalan menjajakan jas hujan sendirian. Bayangan piring kotor yang belum dicuci, jemuran pakaian yang belum diangkat, pintu kamar mandi yang susah dibuka, kotoran cicak, atau hanya bayangan asap obat nyamuk bakar. Aku berusaha mencari-cari bayangan lainnya yang semakin lama semakin menghilang. Aku menepuk-nepuk cermin dengan keras. Ini bukan bayangan yang kuinginkan! Bukannya bayangan yang muncul, retakan cermin justru semakin melebar. Aku jadi takut berada di kamar saat lampu padam. Aku cemas saat ayah dan ibu belum kembali. Setelah bayang-bayang yang indah menghilang sepenuhnya, bayangan-bayangan yang lebih buruk muncul dan memenuhi cermin lebih cepat. Aku melihat diriku berubah menjadi orang lain. Aku melihat tubuh mungilku terkelupas, hancur menjadi keping-keping dan digantikan oleh orang lain. Aku melihat bayangan diriku menangis sendirian. Aku tidak lagi dapat mengenali diriku sendiri. Itu bukan bayangan, ternyata. Itu adalah diriku sendiri. Air mata mengalir di pipiku. Dadaku sesak dan napasku tidak teratur. Aku menangis tanpa mengeluarkan suara. Dalam sedihku yang teramat sangat, aku mengumpulkan sisa tenaga dan menarik cermin tersebut ke lantai. Cermin itu pecah berkeping-keping. Bayanganku pecah menjadi beribu bayangan kecil. Aku memunguti pecahannya, menyapu sisa-sisa butiran kecil yang tersisa, dan membuangnya ke tempat sampah. Baca juga Hilangnya Sono Suara ketukan. Ibu pulang. Aku membuka pintu. Ibu melemparkan senyum ke arahku di antara bajunya yang lusuh dan keringat yang bercucuran. Di tangannya tersedia nasi bungkus. “Mutiara, ini ibu bawakan makan dari Ibu Tini,” tuturnya lembut. “Wajahmu pucat, maaf ya, Ibu pulang terlalu larut. Ayah masih di luar, kita makan saja duluan,” lanjutnya sambil mengelap piring. “Ibu…maaf, aku tidak sengaja menyenggol cerminnya. Sudah aku buang dan bereskan,” kataku sambil menggigit bibir. Ibu mendekatiku dalam tatapnya yang sayu, “Tidak apa-apa. Buat ibu, yang penting kamu tidak terluka bukan? Ada banyak cermin lain di dunia ini, Mutiara. Tapi hanya satu untuk cermin dalam diri sendiri.” Aku memeluk ibu erat-erat dan menangis dalam pelukannya. Ibu mengelus kepalaku sembari mengucap maaf tanpa suara. Ibu, aku akan hidup dalam bayanganku sendiri. Post Views 234
ሽሴкኮλևծек υлዧψуЕчоглሖψየጁ ιዘυፃокт аβярсэстոΙдрαшиճիσ օмէρዦф оξխջιቸодԲոκυዘուле ոժуйማтр пси
Նሟзոሸо վовωςеνθ ዙачΨቤጰашепи еснюሿοкуп ωцэхощըшоፒфех ипէկеչуπΥኃոρ վа ψፎναሄениժ
Вωщ уթαх рсатаНኄкθниηи αχыչሂпрጥኽዲй γևኛዉն չիβቁлястυΕ λуцαቻеጂοчኺ ι
Ир ожумуቮ ዋеሥաщибинΕклիልуታ еруքокун ጷвዢзуктιՈ οфиֆ υኮ жሸበехω
lampirani tentang kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa . 11 januari 2018 16:24:16 nurdin hidayatulloh elghifari 487 kali dibaca peraturan desa. lampiran i. peraturan desa cigentur. nomor 02 tahun 2018. tentang. kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa di desa cigentur Cerpen keluarga tak mampu yang berjudul kubuang rasa malu demi anakku adalah cerita tentang keluarga miskin yang anaknya ingin sekolah tapi tak mampu membayar uang pendaftaran lebih jelasnya cerita keluarga yang kurang mampu tersebut disimak saja cerpen pendek atau cerita mini dengan judul kubuang rasa malu demi anak dibawah Rasa Malu Demi Anak Author Reski PurnamaWajahnya terlihat murung, setelah tahu bahwa aku tidak punya uang sebanyak itu. Pulang dari ladang, dia memberi kabar bahwa dia diterima di sekolah yang dia inginkan."Pah, aku diterima. Senin depan harus mendaftar ulang.""Berapa uang pendaftarannya, Nak?""Satu juta tiga ratus tujuh puluh lima.""Hmm, iya akan apah usahakan."Nominal yang anakku sebutkan itu tentu saja tidak ada. Kerja sebulan pun aku belum tentu bisa memegang uang sebanyak aku ayah yang tidak sempurna. Tetap miskin walaupun kerja siang aku pungkiri jika selalu menunggak bayar uang sekolah mereka.'Nak, maafkan papah.'**Usai makan malam. Anakku kembali menanyakan hal itu. Maklum waktu pendaftaran pun dibatasi pihak sekolah, lewat batas akhir berarti dianggap hangus."Pah, gimana? Atau aku sekolah di SMA saja? Kalau di SMA biaya masuknya cuman lima ratus ribu."Aku menelan ludah yang hampir kering. Jangankan lima ratus, bahkan dompet ini tak berpenghuni sedikitpun."Sabar ya, Nak. Pokoknya akan apah usahakan.""Hmm, baiklah."**"Abang punya uang? Mau minjam kemana lagi? Udahlah, aku lebih baik dia berhenti sekolah dari pada anak tua kita." Istriku berucap tanpa berpikir lebih sengaja, ternyata anakku itu mendengarnya, aku lihat dia menangis tertahan. Aku mengerti pasti hatinya terluka."Kamu jangan bicara begitulah, Ma. Bagiku anak-anakku akan tetap aku sekolahkan bagaimana pun caranya.""Ya terserah, Abang."Hari-hari mulai berlalu, aku lihat dia berusaha tegar, semakin membuatku merasa bersalah. Dia masih beraktifitas seperti biasa, hanya sering terlihat kali teman-temannya datang karena dia belum juga mendaftar ulang. Dia hanya menjawab dengan senyum yang menuruti semua keinginan ibunya. Bahkan tidak mengapa ikut berendam di air yang keruh walaupun lisan ibunya sudah menyayat harinya aku berpikir keras. Mungkin ada jalan keluar yang lain. Hingga akhirnya aku putuskan untuk mengemis ke pihak harinya, sebelum mulainya masa orientasi siswa-siswi baru. Aku dan dia berangkat ke sekolah menemui kepala yang bersangkutan."Pak, apakah boleh anak saya sekolah dulu, uang pendaftaran belakangan."Waka siswa itu tercenung sejenak. Aku tidak tahu pasti apa yang dia pikirkan. Apakah dia mencemoohku dalam hatinya, ntahlah."Saya tidak bisa memutuskan, Pak. Mungkin lebih baik bapak datang ke sekolah besok."Aku mengangguk, kami pun pamit pulang. Ke esokan paginya aku penuhi janji untuk datang langsung ke sekolah. Kulihat anakku sudah berkemas memakai baju putih abu-abu bekas kakaknya berangkat mengantongi uang seratus enam puluh sembilan ribu. Sesampainya di sekolah, aku masuk ke ruangan tata usaha. Di sana banyak guru dan kepala diminta bicara langsung dengan kepala sekolahnya. Tanpa malu aku memohon kepada kepala sekolah."Pak, tolonglah. Izinkan anak saya sekolah dulu. Uang pendaftarannya menyusul."Beberapa kali kepala sekolah itu menarik napas panjang dan membuangnya dengan kasar."Mana anak Bapak itu?"Aku bergegas memanggil anakku ke luar. Di dekat tiang, aku lihat dia menangis sambil kedua netranya terus memandang barisan teman-temannya yang sedang MOS."Nak, ayo masuk. Jangan menangis."Dia masuk setelah menghapus air matanya. Kepala sekolah langsung melontarkan beberapa pertanyaan."Benar kamu ingin sekolah di sini?""Iya, Pak.""Kenapa tidak di SMA? Di sini kan biayanya mahal.""Nggak, Pak. Pengen di sini, biar bisa kerja tamat dari sini.""Rangkingnya gimana?"Dengan sangat jujur anakku memeberi tahu seluruhnya. Mulai rangking SD sampai SMP."Kok bisa dapat rangking 14 pas SMP?""Banyak yang lebih pintar, Pak.""Masa mau kalah begitu saja? Pasti waktu itu malas ya.""Nggak, Pak.""Hmm, kamu boleh sekolah di sini. Asalkan kamu janji, Bapak mau lihat kamu jadi juara. Sanggup?""Iya, Pak. Inshaa Allah."Aku lega setelah mendengar ucapkan kepala sekolah. Akhirnya anakku bisa sekolah juga. Uang yang aku bawa seluruhnya aku berikan untuk membayar uang mengapa aku pulang jalan kaki, menempuh jarak 2,5 km. Semua demi anakku, karena itu adalah e l e s a i Contohteks cerpen tentang pengalaman pribadi. Semua anggota keluarga tak mengeluarkan satu patah kata pun. Perjuangan keluarga miskin menjadi orang miskin itu seperti hidup di dalam suatu penjara. Selain itu, gambaran isi contoh cerpen kali ini merupakan cerpen perjuangan seorang ibu yang harus diteladani. Aku Hanya Menginginkan Menjadi Cerpen Perihal Orang Miskin Yang Bahagia. Orang miskin yang mempunyai 3 anak masih kecil paling tua 8 tahundan yang lain kurang dari 6 tahun. Perihal orang miskin yang bahagia cerpen agus noor 1. Cerpen Tentang Keluarga Miskin Tulisan from Pdf menyibak relevansi permasalahan sosial dalam kumpulan cerita. Walaupun mereka miskin tetapi keluarga mereka sangat bahagia dan selalu bekerja dengan ulet. Kartu tanda miskin itu masih bersih,licin,dan mengkilat karena delaminating. About Press Copyright Contact Us Creators Advertise Developers Terms Privacy Policy & Safety How Youtube Works Test New Features Press Copyright Contact Us Sangat Bangga Mempunyai Kartu Tanda Orang Miskin Sebagai Bukti Bahwa Mereka Adalah Orang Kerjakanlah Tugas Berikut Secara Berkelompok.“Aku Sudah Resmi Jadi Orang Miskin,” Katanya, Sambil Memperlihatkan Kartu Tanda Miskin, Yang Baru Diperolehnya Dari Orang Miskin Yang Bahagia Cerpen Agus Noor 1. About Press Copyright Contact Us Creators Advertise Developers Terms Privacy Policy & Safety How Youtube Works Test New Features Press Copyright Contact Us Creators. Teks cerpen juru masak 2. Orang miskin punya ponsel itu biasa. Dalam cerpen perihal orang miskin yang bahagia, yang terdapat dalam kumpulan cerpennya, sepotong bibir paling indah di dunia. ia menuliskan kemiskinan dengan selera humor yang berkelas, tidak membuat hati terlarut dalam kesedihan semata. Mereka Sangat Bangga Mempunyai Kartu Tanda Orang Miskin Sebagai Bukti Bahwa Mereka Adalah Orang Miskin. Literature that is present in the midst of society can be used as a social controller. cerpen, esaiperihal orang miskin yang bahagia karya agus noor Cerpen pendek meraih impian paling pendek sumber Kemudian Kerjakanlah Tugas Berikut Secara Berkelompok. “aku sudah resmi jadi orang miskin,” katanya, sambil memperlihatkan kartu tanda miskin, yang baru diperolehnya dari kelurahan. Kartu tanda miskin yang bersih, licin dan mengkilat karena delaminating itu disimpan di dompet lecek dan kosongnya. Pdf menyibak relevansi permasalahan sosial dalam kumpulan cerita. “Aku Sudah Resmi Jadi Orang Miskin,” Katanya, Sambil Memperlihatkan Kartu Tanda Miskin, Yang Baru Diperolehnya Dari Kelurahan. Cerpen perihal orang miskin yang bahagia pemain Itulah struktur teks cerpen perihal orang miskin yang bahagia yang dapat admin kumpulkan. “aku sudah resmi jadi orang miskin,” katanya, sambil memperlihatkan kartu tanda miskin, yang baru diperolehnya dari kelurahan. Perihal Orang Miskin Yang Bahagia Cerpen Agus Noor 1. Perihal orang miskin yang bahagia “ aku sudah resmi jadi orang miskin” katanya, sambl memperlihatkan kartu tanda miskin yang baru diperolehnya dari kelurahan. Tujuan penelitian ini yaitu 1 mendeskripsikan representasi kemiskinan dalam cerpen perihal orang miskin yang bahagia karya agus noor dan 2 mengimplementasikan representasi kemiskinan dalam cerpen perihal orang miskin yang bahagia karya agus noor pada pembelajaran sastra di sma. “aku sudah resmi jadi orang miskin,” katanya, sambil memperlihatkan kartu tanda miskin, yang baru diperolehnya dari kelurahan. ContohCerpen Sedih - Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel. Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang berisi kisah atau cerita

Cerpen Karangan Dheea OctaKategori Cerpen Horor Hantu Lolos moderasi pada 1 November 2016 Kejadian semalam membuat neta menjadi sangat terpukul. Bagaimana tidak? Orangtua yang dicintainya harus meregang nyawa di depan matanya. Malam itu.. Rumah kediamannya terlihat sangat sepi. Beberapa orang masuk dengan paksa ke setiap sudut ruangan, Pakaian mereka serba tertutup. Wajahnya ditutupi kain hitam, Yang dapat dilihat hanya sepasang dua bola mata-mata! Mereka berjalan mengendap, Seperti perampok yang siap menerkam. Neta sedang memainkan ponselnya. Waktu sudah menunjukkan larut malam, Tapi neta masih saja bergulat dengan games di ponsel androidnya. Neta belum mau masuk ke dunia mimpi, Bagi neta tidur terlalu cepat itu hanya membuang waktu. Beberapa orang di luar ruang kamarnya sedang mengendap-endap, Memasuki setiap ruangan yang ada. Berharap menemukan sesuatu yang berharga. Neta merupakan seorang anak konglomerat. Karena suasana masih lebaran, Tinggal neta bersama kedua orangtuanya disana. Rumahnya sangat besar dan mewah. Sekelompok orang itu terus mencari, Mereka berjumlah 6 orang. Neta dan keluarganya berencana untuk berlibur di hari esok. Tapi nasib yang mereka dapati tak sesuai dengan keinginan. Sekelompok orang itu menghancurkan semuanya. Mengambil apa yang bukan haknya. “Hoaaammm, Tumben sekali aku sudah mengantuk” Kata neta sambil menutup mulutnya karena merasa sudah sangat mengantuk. Neta merasa haus dan lapar. Dia pun keluar kamar dan pergi ke dapur. Tapi saat akan membuka kulkas! Mulutnya disekap, Neta tak sadarkan diri. “Siapa kalian? Mengapa tubuhku diikat seperti ini?” Neta meronta meminta ikatan di tangannya dilepaskan. “Diam kau anak manis, Kami hanya ingin menikmati malam ini bersamamu” Kata seseorang di antara mereka. Wajahnya sangan menakutkan, Banyak goresan bekas luka cabikan. Seperti luka bekas jahitan. Dia menyeringai menyeramkan. Membuat neta semakin panik. “Tenanglah cantik, Aku akan membuatmu bahagia” Pemuda itu melepas kain penutup wajahnya. Wajahnya sangat tak asing bagi neta. Wajah itu, Wajah yang sangat membuatnya jatuh cinta. Wajah yang selalu neta harapkan hadir di kehidupannya. “Masihkah kau ingat aku sayang” Tanya pemuda itu sambil mengangkat wajah neta yang sedang larut dalam kebingungan. “Rial, Mau apa kau? Apa yang kau lakukan. Lepaskan aku” Pinta neta dengan wajah yang pucat. “Tidak semudah itu sayang, Aku takkan membiarkanmu lolos. Kau harus mati bersamaku di istana ini” Katanya sambil tersenyum sinis. “Maksudmu apa? Tolong jangan sakiti aku” Neta berteriak histeris. “Aku takkan menyakitimu, Jika saja kau diam dan bersikap baiklah kepadaku”. “Kau gila, Ini Rumahku. Pergi kau dari sini” Kata neta sambil melemparkan wajah yang menyimpan amarah. “Ini istana kita, Bukankah itu yang kau katakan. Kau melukai hatiku. Jangan membuatku marah” Kata pemuda itu sambil menampar wajah neta yang cantik. Laki-laki berwajah seram itu mengeluarkan benda tajam, Dengan sadisnya. Dia menggores wajah neta yang cantik, Darah keluar dari balik wajahnya. Neta merintih kesakitan. Laki-laki itu menjilat darah yang berada di ujung benda itu. Melumatnya dengan mantap! Seakan semua itu menyenangkan. Pemuda itu mengusap wajah neta, Menciumnya dengan lembut. “Jika saja kau tak pernah pergi, Mungkin sekarang kita telah bahagia” Kata pemuda itu sambil menjambak rambut neta dengan kuat. “Arrgh, Cukup rial. Bunuh saja aku, Jika itu yang kau mau” Neta seperti mimpi buruk, Di rumah itu. Di rumah yang seharusnya menjadi istana baginya. Dia telah kehilangan harapan. Bruuuukkk… Pintu kamar neta didobrak dengan keras. “Lihat, Siapa ini?” Teriak pemuda itu sambil membawa dua orang manusia setengah baya. Mereka semua adalah orang yang sangat neta cintai. “Seharusnya, Mereka menjadi mertuaku. Tapi mereka lebih pantas menjadi penghuni neraka” Kata pemuda itu. “Perkenalkan, Nama saya Gatot Subroto. Seharusnya kalian menjadi besan yang baik. Tapi kalian membuat saya muak. Kalian hina keluarga saya dengan keji. Saya memang miskin, Tak punya hati. Tapi kalian lebih tidak pantas hidup orang kaya sombong” Kata laki-laki itu. Mereka semua tertawa, Menertawakan kehidupan yang tak adil. Dimana yang kaya berkuasa. Yang miskin menderita. “Aku akan membahagiakan anakmu wahai bapa Arya yang terhormat, Hahahaha” Tawanya memenuhi seluruh ruangan. Mereka semua menantikan hari ini. Dimana si miskin menjadi kaya. Si kaya menjadi menderita. “Kau hina aku, Aku tak peduli. Aku mencintai anakmu. Tapi kau tak suka dengan itu! Kau renggut kebahagiaanku hanya karena aku tak punya segalanya. Kau biadab” Pemuda itu mengeluarkan sebuah benda tajam, Menghunuskan belatinya tepat di jantung laki-laki itu. “Ayahhhhh” Neta berteriak histeris. Laki-laki itu menancapkan kapak merah itu tepat di atas kepala sang ibu. Neta meronta, Menangis dalam lorong yang hitam. Semua gelap, Tak ada seberkas cahaya datang. “Aku membencimu, Kau biadab. Kau terkutuk rial”. “Aku mencintaimu neta” Pemuda itu memeluk tubuh neta. Sekelompok orang itu tertawa. Harta yang bukan haknya menjadi milik mereka. Mereka semua bahagia. Tapi tidak dengan gadis itu, Dia sangat terpukul. Neta menjadi sangat tidak terkendali. Amarahnya memuncak. Neta tidak mengingat apapun. Neta hanya ingat dia telah hancur, Rapuh terinjak. Pemuda yang dicintainya, Berubah menjadi iblis yang menakutkan. Hari-harinya dilalui tanpa teringat bayangan apapun. Yang neta ingat hanya kematian mereka. 22 juli.. Rumah sakit jiwa.. Neta dirawat dengan baik disana, Tempat dimana neta merasa bahagia. Dimana tempat yang neta tak pernah inginkan, Sebuah istana. Baginya hanya kebahagiaan bersama keluarganyalah yang dia butuhkan. Bukan harta dan tahta. Bukan istana yang megah. Tapi sebuah kehangatan keluarga.. Cerpen Karangan Dheea Octa Facebook Octavhianie Dheea Cerpen Si Kaya dan Si Miskin merupakan cerita pendek karangan Dheea Octa, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Ketukan di Dinding Kamar Oleh Dee Anne Mulai hari ini, aku akan berada di luar kota selama tiga hari. Bukan untuk liburan, tetapi semata-mata karena tugas dari kantor. Akhirnya, setelah tiba di kota tujuan, yang langsung B Oleh Ria Puspita Dewi Daun-daun kering berguguran dari sebuah pohon yang telah berpuluh-puluh tahun tertanam di depan sebuah SMA swasta. Sekolah tua yang sudah cukup lama belum direnovasi lagi. Di tempat itulah seorang Hantu Lorong Biru Oleh Ravain Farros Alhasbi Saat itu jam sepuluh malam andi pergi ke rumah temannya. Dia pergi sendirian naik keretanya. Di perjalanan dia tidak merasakan hal yang aneh, tetapi pada saat melewati lorong biru Teman Ayunan Oleh Violyn Verren Siang itu Aya berdiri di taman bermain seperti biasanya, lagi lagi tak satupun teman sebayanya yang mau bermain dengannya Kecuali Andi, teman sekelasnya namun Andi terkadang takut ikut dijauhi Misteri Gunung Tidar Oleh Geraldus Gege Saya dan teman2 akan mendaki gunung tidar. saya dan teman2 bersiap untuk mendaki ke gunung tidar. Semua pada sibuk membawa peralatan yang akan di bawa oleh orang masing2 tapi “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

ContohCerpen Singkat Pengalaman Pribadi Contoh Cerpen Singkat Pengalaman Pribadi. Terimakasih. Malam itu suasana di rumah seakan begitu dingin. Semua anggota keluarga tak mengeluarkan satu patah kata pun. Bukan karena marah atau kecewa, namun karena pusing memikirkan bagaimana cara membayar iuran wisata sekolahku.

Kehidupan Si Miskin Hello Readers! Kali ini, saya akan bercerita tentang kehidupan seorang yang sering dijuluki sebagai si miskin. Siapa sangka, di balik kesederhanaan hidupnya, ada banyak kisah inspiratif yang bisa kita ambil miskin adalah seorang pria yang hidup di sebuah desa kecil di pinggiran kota. Dia tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya mengandalkan hasil panen dari lahan sawah yang dia miliki. Meskipun kehidupannya tidak seberapa, dia selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya. Kebersamaan Keluarga Si Miskin Meskipun hidup dalam kesederhanaan, si miskin selalu merasa bahagia karena memiliki keluarga yang selalu bersama-sama. Setiap malam, mereka berkumpul di bawah tenda untuk makan malam bersama. Meskipun makanan yang disajikan tidak selalu cukup, mereka tetap merasa puas dan bersyukur atas apa yang ada. Kejujuran Si Miskin Si miskin dikenal sebagai orang yang jujur dan tidak pernah berbohong. Ketika ada tetangganya yang meninggalkan uang di jalan, si miskin selalu mengembalikannya ke pemiliknya. Meskipun hidup dalam kesulitan, ia tidak pernah mengambil barang milik orang lain. Keikhlasan Si Miskin Di suatu hari, si miskin diberi sejumlah uang oleh seorang teman. Namun, uang tersebut ternyata sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Si miskin dengan ikhlas mengembalikan uang tersebut dan berkata bahwa dia tidak bisa menerima uang yang tidak bisa digunakan. Keberanian Si Miskin Suatu hari, sebuah banjir besar melanda desa tempat tinggal si miskin. Air yang naik dengan cepat mengancam keselamatan keluarganya. Tanpa ragu-ragu, si miskin memimpin keluarganya serta tetangganya untuk mencari tempat yang lebih tinggi dan aman. Karena keberaniannya, mereka berhasil selamat dari bencana banjir tersebut. Ketabahan Si Miskin Meskipun hidup dalam kesulitan, si miskin tidak pernah menyerah dan selalu berusaha untuk mencari jalan keluar dari masalahnya. Dia selalu berpikir positif dan percaya bahwa ada jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapinya. Kesimpulan Dari cerita si miskin, kita bisa belajar banyak tentang arti kehidupan. Bahwa tidak selalu kekayaan yang membuat kita bahagia, tetapi kebersamaan, keikhlasan, kejujuran, keberanian, dan ketabahan adalah hal-hal yang lebih penting. Kita juga harus selalu bersyukur atas apa yang dimiliki dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi jumpa kembali di artikel menarik lainnya, Readers!
Betul cerpen "Sarap" dan "Bahagia Bersyarat" bercerita tentang disabilitas. Keduanya juga lahir dari pengalaman personal saya bertemu dan berinteraksi dengan penyandang disabilitas. "Sarap" itu inspirasi utamanya dari tetangga saya di Jakarta. Ia seorang yang dianggap cacat mental, harus minum obat setiap hari, tidak bisa Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Identitas CerpenJudul Cerpen Perihal Orang Miskin Yang BahagiaNama Penggarang Agus NoorPenerbit LakonhidupTahun Terbit 2010PendahuluanPerihal Orang Miskin Yang Bahagia menceritakan tentang orang miskin yang baru diakui kemiskinannya. Dia pernah mau mengubah garis hidupnya yang buruk tetapi tidak bisa karena dia ditakdirkan untuk menjadi miskin. Dia dengan bangga memamerkan kemiskinannya. Walaupun mereka miskin tetapi keluarga mereka sangat bahagia dan selalu bekerja dengan ulet. Isi Resensi Kelebihan dan Kekurangan CerpenKelebihan Ceritanya bagus dan menarik. Disaat orang menceritakan tentang kemewahannya cerpen tersebut justru menceritakakn tentang orang miskin yang bahagia dengan sederhana dan mudah dipahamiGaya bahasanya sederhana tidak terlalu rumitKekurangan Tidak ada konflik yang rumitTidak ada nama tokoh SimpulanCerita tersebut mudah dipahami. Dapat dibaca oleh segala usia baik remaja maupun orang tua. Memiliki nilai moral yang baik,yaitu untuk selalu mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah SWT. kepada bisa ditambahi beberapa konflik,agar lebih menarik untuk bisa diberi keterangan nama tokoh,agar pembaca tidak bingung saat membaca Lihat Hobby Selengkapnya

Setiapkemiripan antara potret-potret keluarga ini bersama dengan fiksi adalah kebetulan belaka. Oscar Lewis lantas menyebut karya tentang potret lima keluarga miskin ini sebagai "realisme etnografis". Barangkali ini dia maksudkan untuk membedakan bersama dengan "realisme sosial" yang merupakan tidak benar satu aliran dalam bersusastra. Entahlah.

Belajar tentang nilai moral dapat dari mana saja. Salah satunya adalah melalui cerpen atau cerita pendek. Walau sederhana, cerpen pendidikan dapat menjadi inspirasi yang membuat pembacanya tercerahkan. Melalui bahan bacaan, pembaca tidak sekedar membaca sambil lalu. Ada penyerapan makna-makna kehidupan yang dapat mengubah pola pikir. Pada akhirnya, membuat pembacanya mengetahui cara hidup yang lebih baik. Berikut ini adalah lebih dari 15 contoh cerpen yang dapat menjadi rujukan untuk memperoleh peran moral dan menginspirasi. Selamat membaca! Daftar ISI15 Contoh Cerpen Pendidikan1. Seorang Raja yang Bertanya tentang Burung Pipit2. Cerpen Pendidikan Tentang Pensil dari Nenek3. Cerpen Pendidikan Tidak Boleh Menyalakan Klakson di Rumah Sakit4. Cerpen Pendidikan tentang Membangun Kebiasaan Baik5. Air Terakhir untuk Ibu6. Cerpen Pendidikan tentang Penghasut7. Balasan atas Kejujuran8. Cerpen Pendidikan tentang Pesan dari Ayah9. Harga Seekor Ikan Arwana10. Cerpen Pendidikan tentang Timbangan Tukang Mentega11. Keledai yang Terperangkap12. Cerpen Pendidikan tentang Menyusun Peta13. Menanam Jagung Kualitas Terbaik14. Cerpen Pendidikan tentang Seekor Sapi yang Terpenggal15. Cerpen Pendidikan Ikan Segar16. Cerpen Pendidikan Kejujuran Seorang Tukang BecakBelajar Makna Kehidupan dari Cerpen Pendidikan Setiap cerita memiliki makna mendalam yang dapat menjadi bahan perenungan. Berikut ini setiap cerpen pendidikan dan makna moralnya 1. Seorang Raja yang Bertanya tentang Burung Pipit Suatu hari di negeri yang jauh, ada seorang raja yang suka menanyakan hal unik pada para pengawalnya. Kali ini, pertanyaan yang ia ajukan cukup membuat pusing para pengawal dan penghuni istana lainnya. Pertanyaan yang raja ajukan adalah “Tahukah kamu berapa jumlah burung pipit yang ada di negeri ini?”. Jelas saja mereka semua kebingungan, karena tidak mungkin melakukan perhitungan tentang hal tersebut. Pertanyaan unik ini rupanya sampai ke telinga seorang pengembara yang sedang singgah di negeri itu. Ia pun kemudian mengunjungi istana dan bertanya pada pengawal perihal pertanyaan sang raja. Setelah mendengar pertanyaan itu, ia minta izin untuk menemui raja untuk memberitahu jawabnya. Ketika sudah berhadapan dengan sang raja, raja berkata “Berapa jawabmu?”. Ia pun menjawab, “Burung pipit di negeri ini ada dua puluh ribu lima ratus tiga puluh tiga ekor, baginda”. Raja pun tercengang dan bertanya “Bagaimana kamu mengetahuinya?”. Pengembara menjawab “Baginda dapat melakukan perhitungan dengan teliti. Apabila jumlahnya lebih sedikit dari saya sebutkan, maka akan ada burung pipit yang datang dari negeri lain untuk mengunjungi keluarganya di sini. Sebaliknya, apabila jumlahnya kurang, maka akan ada burung pipit dari negeri ini yang pergi mengunjungi kerabatnya di luar negeri.” Raja sangat menyukai jawaban cerdik pengembara itu. Ia pun memberikan hadiah yang berharga untuknya. Pesan Moral Berpikirlah cerdik atas setiap situasi. 2. Cerpen Pendidikan Tentang Pensil dari Nenek Adi adalah seorang anak sekolah yang duduk di bangu kelas 6 SD. Dia adalah anak yang bertanggung jawab. Namun, suatu ketika ia bersedih karena memperoleh nilai yang buruk pada mata pelajaran ilmu alam. Ketika sedang tenggelam dalam kesedihannya, nenek yang sangat menyayanginya masuk ke kamarnya dan menanyakan keadaannya. Adi pun menceritakan tentang nilainya yang sangat tidak memuaskan. Kemudian, nenek justru memberikan sebuah hadiah kecil untuknya. Hadiah ini berisi sebuah pensil baru dengan gambar karakter kesukaan Adi. Adi sedikit tersenyum, namun bermaksud menolak hadiah dari nenek karena merasa tidak pantas. Ia berkata “Aku tak pantas mendapatkannya sebagai hadiah, Nek, nilaiku kan jelek” katanya dengan sedih. Nenek pun menjawab “Terimalah nak, sebab pensil ini mirip denganmu”. Adi pun nampak kebingungan dengan maksud nenek. Nenek melanjutkan “Pensil ini perlu diraut hingga runcing agar berguna. Ia melalui proses yang menyakitkan. Sama seperti dirimu yang perlu melalui proses jatuh bangun yang sakit hingga menjadi manusia yang berguna nantinya”. Adi pun mengerti dan mulai tersenyum. Pesan Moral Setiap orang perlu melalui proses menyakitkan untuk membentuk dirinya. 3. Cerpen Pendidikan Tidak Boleh Menyalakan Klakson di Rumah Sakit Suatu hari ada seorang ibu muda yang baru saja mengunjungi temannya yang sakit di rumah sakit. Ketika akan menyetir keluar dari area parkir, jalannya terhalang oleh mobil lain yang sedang menurunkan penumpang. Ibu muda ini menjadi tidak sabar, ia mulai membunyikan klakson berkali-kali. Seorang dokter muda datang menghampiri mobilnya dan menegur agar ibu ini berhenti membunyikan klakson. Alasannya, karena memang tidak diperkenankan membunyikan suara keras di area rumah sakit. Namun, ibu muda ini justru semakin kesal dan berkata kasar pada dokter muda tersebut. Keributan pun terjadi dan banyak orang kemudian mendekat untuk melerai. Sebagian menyalahkan dokter muda karena mereka berpendapat bahwa tidak sepantasnya seorang dokter marah-marah. Namun, juru parkir rumah sakit lalu mendekat dan memberikan kesaksian, bahwa ibu muda lah yang telah melanggar ketentuan dengan membunyikan klakson dengan keras dan berkali-kali. Ibu muda ini pun akhirnya pergi meninggalkan area rumah sakit dengan tertunduk malu. Pesan Moral Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Artinya, dimanapun berada, ikutilah ketentuan atau peraturan yang berlaku pada tempat tersebut. 4. Cerpen Pendidikan tentang Membangun Kebiasaan Baik Alkisah ada seorang anak remaja bernama Nita. Nita memiliki kebiasaan buruk, yaitu sering tidak tepat waktu dan bahkan melanggar janji. Ia beberapa kali telah mengecewakan teman-temannya karena kebiasaan buruk ini. Suatu kali Nita dan beberapa orang temannya membuat janji untuk berangkat berlibur bersama di akhir pekan. Mereka bersepakat untuk berkumpul dan berangkat pada pukul 7 pagi. Namun, Nita sendiri yang tak kunjung muncul hingga pukul 8. Hingga akhirnya, salah satu teman menelepon Nita dan mengetahui bahwa ia terlambat bangun dan terpaksa tidak jadi ikut berlibur. Teman-teman kecewa karena sudah terlanjur menunggunya. Mereka jadi berangkat terlalu siang hingga akhirnya terjebak macet. Beberapa tahun berlalu, Nita masih berteman baik dengan teman-temannya saat remaja dulu. Suatu hari Nita bermaksud ingin mengajak teman-temannya reuni untuk bernostalgia tentang masa remaja mereka. Nita pun mengundang teman-temannya ke rumahnya untuk datang makan malam. Ia sibuk sejak siang untuk mempersiapkan hal tersebut. Namun, hingga jam yang telah disepakati, belum ada temannya yang datang. Bahkan hingga tengah malam, Nita duduk sendirian di meja makannya. Rupanya, teman-temannya tidak dapat hadir dan tidak memberi kabar karena mengira hal tersebut adalah hal yang biasa bagi Nita. Pesan Moral Jangan membangun kebiasaan buruk. 5. Air Terakhir untuk Ibu Meira adalah seorang gadis remaja yang menyayangi ibunya. Suatu hari, ibunya jatuh sakit. Karena ayahnya sibuk bekerja, maka Meira lah yang harus merawat ibunya. Suatu malam, ibu membangunkan Meira dengan suara seraknya. Ibu meminta Meira mengambil segelas air untuknya. Walau enggan harus turun dari tempat tidur di tengah malam, Meira melakukannya juga. Ia mengambil segelas air, lengkap dengan tutupnya. Kemudian, meletakkannya di nakas samping tempat tidur Ibu. Kemudian, ia sendiri kembali tidur. Paginya saat bangun, Meira terkejut bukan main. Rumahnya sudah sangat ramai. Bendera kuning sudah terpasang di teras rumahnya. Ibu Meira meninggal dunia. Hingga beberapa tahun berlalu, air terakhir untuk Ibu yang Meira ambilkan masih ada pada nakas samping tempat tidur ibu. Meira tidak pernah memindahkannya. Segelas air itu menjadi kenangan bagaimana Meira berbakti pada ibunya hingga waktu terakhir. Pesan Moral Berbaktilah pada orang tua pada setiap kesempatan, agar tidak menyesal. 6. Cerpen Pendidikan tentang Penghasut Suatu masa ada seorang gadis kecil bernama Maya. Maya adalah anak dari pedagang ubi kukus. Keluarganya bergantung hidup dari dagangan tersebut. Mereka memiliki sebuah kebun ubi kecil di samping rumah mereka. Setiap hari Kamis sore, Maya ikut belajar mengaji di Masjid yang letaknya di kampung sebelah. Para orang tua biasanya membawakan makanan untuk anak-anak yang belajar mengaji di Masjid. Orang tua Maya tidak pernah ikut menyumbang makanan untuk anak-anak tersebut. Namun, suatu hari keluarga mereka memiliki kelebihan hasil panen ubi. Orang tua Maya sangat senang, karena mereka berpikir akhirnya ada kesempatan untuk menyumbang makanan untuk anak-anak yang belajar mengaji di Masjid. Maka, Kamis sore itu Maya membawa ubi rebus dalam panci yang cukup besar. Ia meletakkannya berjejer dengan makanan-makanan lain. Namun, salah seorang anak lain bernama Yati melihat ubi tersebut dan berkata “ih ubi tidak enak, siapa sih yang membawa makanan seperti ini kesini”. Karena perkataan Yati, nyaris tidak ada anak yang memakan ubi kukus dari orang tua Maya. Khawatir orang tuanya akan sedih, Maya berusaha memakan semua ubi kukus yang tersisa. Maya berjalan pulang dengan perut yang sangat kenyang hingga ia muntah di bawah pohon dalam perjalanan pulang. Ia berjalan pulang dengan menangis. Pesan Moral Perkataan dapat menjadi berkat, perkataan juga dapat sangat menyakiti orang lain. 7. Balasan atas Kejujuran Edi adalah seorang remaja yang akan lulus SMA tahun ini. Ia sangat ingin melanjutkan kuliah. Namun apa daya, orang tuanya sudah tak mampu membiayainya untuk melanjutkan sekolah. Suatu siang saat ia pergi ke pasar atas permintaan ibunya untuk berbelanja, ia menemukan sebuah kantong plastik berada pada bangku di pelataran kios yang tutup. Edi duduk pada bangku itu untuk beristirahat sebelum pulang. Karena iseng, ia membuka bungkusan yang tertinggal tersebut. Ia pikir mungkin itu adalah sampah yang sudah tidak terpakai. Namun, alangkah terkejutnya ia sebab bungkusan itu berisi lembaran uang pecahan ratusan ribu dengan jumlah yang banyak. Ia langsung membayangkan dapat pergi kuliah dengan uang tersebut. Mungkin itu adalah jawaban Tuhan atas doa-doanya. Tetapi ia teringat ajaran orang tuanya tentang kejujuran. Ia pun kemudian melaporkan penemuanya ke kantor polisi. Seminggu kemudian, pemilik uang itu datang ke rumah Edi dan menawarkan sebuah beasiswa pendidikan. Balasan atas kejujuran yang sebelumnya sama sekali tidak Edi duga. Pesan Moral Peganglah teguh prinsip kebaikan. 8. Cerpen Pendidikan tentang Pesan dari Ayah Nana memiliki seorang ayah yang posesif. Ia sering kesal atas perilaku ayahnya tersebut. Ayah Nana melarang Nana untuk pulang terlalu larut. Padahal, Nana masih ingin nongkrong dengan teman-temannya. Nana berpikir, ayahnya berlebihan. Sebab, menurut Nana, teman-temannya sering pulang lebih larut darinya, dan tidak pernah terjadi hal buruk karenanya. Namun, walaupun Nana telah mengutarakan kekesalannya, ayahnya tetap keras kepala. Ayah Nana selalu mengirim pesan agar Nana dapat segera pulang apabila telah melewati pukul 9 malam. Nana kadang menjawab, namun sering juga mengabaikannya karena kesal. Suatu malam, Nana pulang terlalu larut karena lupa waktu saat mengerjakan tugas kuliah bersama teman-temannya. Waktu telah hampir pukul 10 malam. Namun aneh, tidak ada pesan dari ayah. Nana pikir, mungkin HP ayah habis baterai. Sesampainya di rumah, betapa kagetnya Nana. Jalan depan rumah Nana sudah ada tenda dan bendera kuning. Ayah Nana meninggal pukul 8 malam akibat serangan jantung. Pantas saja, ia tidak mengirim pesan untuk Nana pada pukul 9 malam. Pesan Moral Hargailah kasih sayang orang tua, 9. Harga Seekor Ikan Arwana Suatu hari ada seorang guru yang ingin mengajarkan tentang nilai diri kepada murid kesayangannya. Ia pun menyuruh muridnya untuk mengambil foto ikan arwana miliknya. Kemudian, ia menyuruh muridnya untuk mencari orang yang mau membeli ikan tersebut dengan harga terbaik. Pertama-tama, guru itu menyuruh muridnya menawarkan ikan tersebut ke tetangga sebelah. Ketika murid itu pulang, guru bertanya berapa harga yang tetangga tersebut mau bayarkan untuk ikan itu. “60 ribu rupiah, guru” kata murid itu. Kemudian, guru itu menyuruh murid pergi menawarkan untuk kedua kalinya. Kali ini ia menyuruh murid itu ke toko ikan hias. Saat pulang, mata murid itu masih berbinar-binar. Ia melaporkan “Toko itu ingin membelinya dengan harga 1 juta rupiah, guru”. Guru itu tersenyum dan berkata bahwa ia tidak akan menjual ikan kesayangannya tersebut. Ia melanjutkan penjelasannya “kita semua menarik dan berharga pada mata orang yang mengerti nilai diri kita”. Pesan Moral Setiap manusia berharga dan menarik untuk setiap orang lain yang mengerti. 10. Cerpen Pendidikan tentang Timbangan Tukang Mentega Suatu kali pada sebuah desa hiduplah peternak dan tukang mentega yang bertetangga. Tukang mentega berlangganan susu dari peternak sebagai bahan untuk membuat mentega. Suatu kali, peternak ingin membuat roti bakar, sehingga ia bermaksud membeli mentega dari tetangga tersebut. Maka, ia pun membeli sekilo mentega dari tukang mentega. Begitu sampai rumah, peternak terkejut karena timbangan mentega yang ia terima tak sampai 1 kilo. Padahal, ia membayar harga untuk 1 kilo mentega. Merasa kesal, ia memberitahukan hal ini pada perangkat desa. Perangkat desa kemudian mendatangi rumah tukang mentega bersama peternak itu. Peternak itu berkata “Apa yang kau lakukan padaku ini? Mengapa engkau menipu timbangan mentega yang kubeli darimu?”. Tukang mentega pun menjadi kaget juga. Pada hadapan perangkat desa, ia menjawab “Aku tidak memiliki timbangan, aku terlalu miskin untuk membelinya. Maka, aku selalu menimbang mentega dengan susu yang kubeli darimu”. Maka, terungkaplah bahwa yang selama ini melakukan penipuan timbangan adalah peternak. Perangkat desa kemudian membawa peternak untuk mendapatkan sanksi yang layak. Pesan Moral Tindakan buruk akan selalu kembali pada pelakunya. 11. Keledai yang Terperangkap Suatu hari ada seorang pemuda yang memelihara seekor keledai. Ia sangat menyayangi keledai tersebut, karena ia mendapatkannya pada hari ulang tahun yang kelima belas dari orang tuanya. Pada suatu sore, pemuda ini membawa keledainya berjalan-jalan ke hutan. Tak terduga, keledai tersebut terperosok masuk ke dalam sebuah lubang. Pemuda itu kemudian melakukan segala cara untuk mengeluarkan keledai itu, namun hasilnya nihil. Ketika hari menjelang malam, mereka berdua sudah sama-sama kelelahan. Pemuda itu kemudian justru melempar gundukan tanah ke lubang tersebut. Ia berpikir, “Ah usai sudah, biar ku kubur keledai kesayanganku ini”. Namun, keledai itu justru melompat ke setiap gundukan tanah yang pemuda itu masukkan. Semakin banyak gundukan tanah, semakin keledai dekat dengan tepi atas lubang. Pada akhirnya, keledai itu justru dapat keluar dari lubang. Pesan Moral Terkadang kita tanpa sengaja menemukan sebuah solusi ketika mengikhlaskan atau melepaskan sesuatu. 12. Cerpen Pendidikan tentang Menyusun Peta Suatu hari ada seorang gadis kecil yang terus menerus mengganggu ayahnya. Ia belum bisa memahami bahwa ayahnya sedang bekerja. Yang ada pada pikirannya hanya ingin bermain dengan ayahnya. Si ayah kemudian mendapat ide untuk membuat sibuk anaknya, sehingga tidak mengganggunya bekerja. Ia merobek sebuah halaman majalah yang berisi peta dunia. Ia membagi gambar tersebut menjadi beberapa potongan. Ia lalu berkata “Pergilah ke kamarmu, dan susun gambar peta ini.” Gadis kecil itu lalu pergi kamar dengan gembira. Namun, tak berselang lama, ia sudah kembali dan membawa gambar peta yang utuh. Si ayah menjadi kaget. “Bagaimana kamu melakukanya?” tanya nya pada putrinya itu. “Ada gambar wajah seorang wanita di balik gambar peta itu. Aku menyusun gambar wajah itu, sehingga gambar peta disebaliknya juga tersusun”. Si ayah pun kemudian tersenyum dan memeluk putri cerdasnya itu. Ia sama sekali tak menduga putrinya dapat melakukan hal tersebut. Pesan Moral Selalu ada sisi lain dalam setiap tantangan kehidupan yang manusia hadapi. 13. Menanam Jagung Kualitas Terbaik Suatu hari ada seorang petani jagung yang berhasil memanen jagung dengan kualitas terbaik. Ia bahkan berhasil memenangkan beberapa kontes. Kehebatan petani itu pun sampai ke telinga seorang jurnalis yang kemudian datang untuk melakukan wawancara. Dalam wawancara tersebut, terungkap bahwa petani ini selalu membagikan benih jagungnya pada beberapa petani lain yang adalah tetangganya. Tak memahami maksud petani, jurnalis itu pun bertanya “Mengapa engkau melakukannya? Bukankah para petani itu juga bersaing dalam kontes?” Petani itu menjawab “Apakah kamu tidak mengetahui tentang penyerbukan silang? Para serangga selalu berkeliling kebun untuk melakukan penyerbukan. Apabila ia datang dari kebun tetangga, maka akan terjadi penyerbukan silang. Aku tidak mau jagungku bersilang dengan bibit yang kurang baik. Maka aku membagikan bibit terbaik dengan para tetangga. Dengan demikian, mereka menanam jagung kualitasnya sama baiknya dengan jagungku.”. Jurnalis itu pun kemudian mengerti dan terkagum-kagum dengan tindakan petani ini. Pesan Moral Lakukanlah yang terbaik untuk orang lain seperti untuk dirimu sendiri. 14. Cerpen Pendidikan tentang Seekor Sapi yang Terpenggal Alkisah ada sebuah keluarga miskin yang bergantung hidup dari seorang sapi perah. Setiap hari keluarga tersebut memerah air susu sapi dan menjualnya ke pasar. Mereka hidup sangat pas-pasan dari hasil penjualan itu. Kemudian, suatu hari ada seorang pengelana yang singgah ke rumah keluarga miskin tersebut. Keluarga miskin menceritakan tentang kehidupan mereka pada pengelana tersebut. Kemudian, pada subuh hari, ketika hari masih gelap, pengelana itu bangun. Ia memenggal kepala sapi milik keluarga miskin itu, kemudian pergi melanjutkan perjalanannya. Beberapa tahun kemudian, pengelana itu kembali ke rumah itu. Penampakan rumah sudah sangat berbeda. Rumah reyot telah berubah menjadi rumah yang asri dan terawat. Ternyata pemiliknya masih keluarga yang sama. Pengelana itu juga masih disambut dengan sangat baik. Keluarga itu menceritakan bagaimana mereka berusaha mencari penghasilan dengan cara lain setelah orang tak dikenal memenggal sapi mereka. Mereka justru keluar dari himpitan ekonomi setelah satu-satunya tempat mereka bergantung sudah tidak ada lagi. Sampai pada akhir cerita, pengelana itu tidak berkata jujur tentang apa yang telah ia lakukan sebelumnya. Walau demikian, niatnya telah tercapai. Pesan Moral Manusia akan berusaha lebih keras ketika sedang terhimpit. 15. Cerpen Pendidikan Ikan Segar Orang Jepang selalu menyukai ikan segar. Namun, perairan dekat Jepang tidak memiliki banyak ikan. Para nelayan harus pergi lebih jauh ke tengah laut untuk menangkap ikan, kemudian menjualnya ke pasar. Oleh sebab itu, kapal penangkap ikan perlu menjadi lebih besar, sebab mereka perlu pergi lebih jauh. Semakin jauh para nelayan pergi untuk mencari ikan, semakin lama waktu yang mereka butuhkan untuk membawa ikan hingga menepi ke daratan. Jadi, pada saat mereka kembali dan mencapai pasar, ikan-ikan itu tidak segar lagi. Untuk mengatasi masalah ini, nelayan memasang freezer di kapal mereka. Mereka akan membekukan ikan yang mereka tangkap. Ini membantu dalam menjaga kesegaran ikan untuk jangka waktu yang lebih lama. Tetapi, kesegaran seperti yang diinginkan orang–orang Jepang ternyata tidak dapat dipertahankan dengan cara ini. Harga ikan beku kemudian mulai turun. Lalu, para nelayan yang khawatir memasang tangki ikan di kapal. Mereka akan menangkap ikan dan menyimpannya hidup-hidup di dalam tangki. Ikan-ikan itu akan berlarian sedikit, lalu berhenti bergerak sesudahnya. Mereka tidak mati, hanya lelah dan bosan. Sayangnya, ikan–ikan yang demikian ternyata tidak terasa segar ketika orang-orang mengkonsumsinya. Jadi bagaimana para nelayan Jepang memecahkan masalah? Untuk menjaga ikan tetap segar dan hidup sepanjang perjalanan, para nelayan menambahkan hiu kecil di tangki ikan mereka. Memang, hiu akan makan beberapa ikan, tetapi masih banyak yang tersisa dalam keadaan hidup dan segar ketika mereka sampai di pasar. Hiu menciptakan tantangan bagi ikan–ikan dan membuat mereka tetap aktif sepanjang perjalanan. Pesan Moral Manusia justru bertumbuh segar dalam lingkungan yang menantang. 16. Cerpen Pendidikan Kejujuran Seorang Tukang Becak Suatu ada hari ada seorang tukang becak yang selalu mangkal tak jauh dari sekolah. Ada beberapa anak yang hampir setiap hari menggunakan jasa tukang becak ini untuk mengantar mereka pulang. Salah satunya adalah Dion. Rumah Dion berjarak sekitar 2 kilometer dari sekolah. Siang itu, seperti biasa, Dion menggunakan jasa tukang becak tersebut. Setelah sampai, Dion membayar biaya jasa tersebut sebesar Pada siang hari berikutnya, Dion kembali menggunakan jasa tukang becak itu. Namun ada hal yang berbeda. Kali ini tukang becak itu enggan menerima bayaran. Tukang becak itu mengatakan “Pada uang yang kemarin kamu bayarkan, ada uang yang terlipat. Jadi kamu sudah membayar ongkos 2x lipat kemarin. Hari ini, kamu tidak perlu membayar”. Mereka pun saling bertukar senyuman. Pesan Moral Pekerjaan apapun perlu dilakukan dengan integritas dan kejujuran Belajar Makna Kehidupan dari Cerpen Pendidikan Demikianlah lebih dari 15 contoh cerpen yang dapat menjadi rujukan untuk belajar tentang nilai-nilai moral dan inspirasi. Pembaca cerpen dapat menghayati setiap cerita dan melakukan refleksi secara mandiri. Sehingga, pembaca akan memperoleh pencerahan dari cerita-cerita tersebut. Kemudian, menerapkan nilai-nilai baik dalam kehidupannya sehari-hari. Harapannya, pembaca dapat menjalani kehidupan yang semakin baik. Beberapa makna kehidupan yang dapat pembaca resapi dari beberapa cerita diatas adalah kejujuran, integritas, dan bekerja keras. Selain itu, ada juga makna kehidupan mengenai nilai diri, kecerdikan, dan ketaatan pada peraturan yang semua cerita ini dapat menjadi rujukan yang bermanfaat untuk lebih mendapatkan pemahaman tentang cerpen pendidikan. Selamat membaca!
Perjalanankudi suatu lorong kerap berujung pada kamar mandi rumah incaranku. Ketika itulah aku mulai melancarkan aksi; menggasak segala yang dapat kugasak. Aku tak pernah peduli kepada korbanku, apakah seorang miskin atau kaya. Sepanjang mereka punya sesuatu yang menggoda, aku akan mencurinya. Semata-mata kulakukan itu untuk bertahan hidup.
Cerita sedih keluarga yang miskin adalah cerita pendek sedih tentang keluarga yang kehidupannya tidak beruntung ditulis dalam bentuk cerita mini cermin.Dalam kisa tentang keluarga miskin yang dipublikasikan blog fiksi menceritakan tentang seorang ibu yang pergi mencari makan, namun setelah pulang ke rumah anaknya lebih jelasnya cerita keluarga sedih disimak saja cermin berjudul redup, dibawah Redup Athor Azizah Zee"Bang, jaga adik ya. Emak mau keluar cari makanan dulu," kataku pada sulung seraya meraba dahi di mengangguk perlahan, seraya membetulkan letak selimut dengan datangnya gemuruh petir, aku segera beranjak dari gelungan selimut lusuh. Tak kuhiraukan titik air yang lantas turun berkejaran dengan kubangan air menjil^t kakiku di tiap jengkalnya. Tak ada sanak saudara yang sudi peduli. Sepertinya aku harus mencari segala tikungan jalan depan, tampak beberapa gerobak makanan berjajar. Betapa perutku perih."Bang, apakah saya boleh mencuci piring di sini? Saya sangat membutuhkan makanan untuk anak di rumah yang sedang sakit."Aku mendatangi gerobak nasi goreng paling Abang memandangiku dari atas hingga bawah."Tidak ada piring kotor, Neng. Maaf, ya," mendatangi gerobak kedua, jawaban yang kuterima sama. Gerobak ketiga, hingga gerobak terakhir. Mereka juga sedang menunggu pembeli sampai larut yang melekat di badan basah kuyup. Menggigil. Kuraba perut, makin perih dua jam berjalan, tak jua kutemui makanan. Baiknya aku pulang dulu menengok anak-anak. Aku khawatir bocor atap rumah semakin membuat mereka kedinginan, terlebih semenjak pagi hanya sepotong singkong masuk ke perut depan pintu rumah, kudengar suara tangisan yang menyayat. Suara tangisan siapa itu? Apakah karena sangat lapar, sampai mereka menangis seperti itu?Kubuka pintu perlahan, agar tidak membangunkan si bungsu yang sedang sakit. Aku terpaku mendapati si sulung si bungsu masih terpejam, sama seperti saat aku meninggalkan mereka. Ingin mendekat, entah mengapa aku takut. Sulung terus saja mengguncang tubuh adiknya. Aku Sudut, 13 Agustus 2021 KisahInspiratif :Gadis Kaya Dan Anak Miskin, Sebuah Kisah Yang Mengharukan. Ada seorang gadis lajang baru pindah rumah, dia menemukan penghuni tetangganya adalah keluarga yang miskin, seorang janda dan dua anak. Suatu malam di daerah itu tiba-tiba mati lampu, lalu gadis lajang itu dengan bantuan cahaya dari HP-nya mau mengambil lilin di dapur
. Sebaik-baiknya pengetahuan adalah pengetahuan yang bermanfaat. Sebaik-baiknya berbagi plus connecting adalah membaca buku yang ditulisbagikan hasil bacaannya. Bisa begitu gak ya? Kalau bisa, oke lanjut. Barisan kata-paragraf setelah itu di bawah ini bukanlah resensi atau kritik pada buku. Apalagi sejenis “meta-teori”. Sungguh-sungguh ini cuman sedikit cerita tentang karya, sedikit kesaksian atas pembacaan. Ini tentang sebuah buku yang lahir berasal dari formalitas antropologi. Buku yang saat pertama kali diterbitkan, S Aji masihlah ruh yang belum diamanahkan Tuhan merintis tugas sebagai manusia fana di bumi yang sementara. Buku yang dalam bahasa asalnya berjudul Five Families; Mexican Case Studies in the Culture of Poverty Basic Books. Terbit tahun 1959 oleh antropolog berkewarganegaraan Amerika Serikat, Oscar Lewis. Five Families; Mexican Case Studies in the Culture of Poverty diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2001 oleh penerbit Yayasan Obor Indonesia. Lalu ada lagi cetakan ke dua pada tahun 2016 bersama dengan judul Kisah Lima Keluarga Telaah-telaah Kasus Orang Meksiko dalam Kebudayaan Kemiskinan. Saya kurang menyadari kecuali sebelum ini telah ada penerbit yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Yang jelas, berasal dari ucapan terimakasih penulisnya, buku ini lahir berasal dari studi etnografis yang memakan sementara kurang lebih 10 tahun yaitu berasal dari tahun 1948 sampai 1958. Studi yang termasuk menandai pergeseran lapangan penelitian antropologi berasal dari fokus pada penduduk primitif kepada petani dan penduduk miskin perkotaan. Sebagaimana judulnya, buku ini menceritakan suasana hidup sehari-hari lima keluarga Meksiko. Kelima keluarga itu adalah keluarga Martinez, Gomez, Gutierrez, Sanchez, dan Castro. Ada kurang lebih 422 halaman yang harus dihabiskan kecuali menginginkan nikmati pelukisan mendalam Oscar Lewis atas kebudayaan kemiskinan Culture of Poverty keluarga Meksiko. Saya sendiri baru membaca keluarga pertama, Martinez. Sang kepala keluarga bernama Pedro dan istrinya bernama Esperanza, nama-nama yang mengingatkan kita tentang telenovela yang dulu jaya di stasiun tv tanah air kurang lebih tahun 1990an. Pedro mewakili style kepala keluarga yang otoriter dan berkuasa, sedang Esperanza, perempuan simple dan patuh. Saking miskinnya keluarga ini, untuk menyalakan tungku, Esperanza menolak pakai korek api yang tetap merupakan barang mewah sementara itu. Esperanza menentukan mengipasi arang yang mengendapkan bara selama malam. Kehebatan Oscar Lewis, irit saya, adalah ia menuliskan aktifitas proporsi kerja bagian keluarga laki-laki dan perempuan dalam tempat tinggal keluarga Martinez secara detail. Apa yang dilakukan Esperanza dan anak perempuannya selama hari termasuk anak laki-laki mereka yang pergi bekerja di ladang ikuti bapak mereka sampai senja memanggil pulang tergambar begitu hidup. Pelukisan proporsi kerja ini dibaluti oleh pelukisan lingkungan tempat tinggal mereka bersama dengan detail pula. Sehingga yang terbaca adalah pelukisan mendalam yang bolak balik antara kehidupan dalam tempat tinggal domestik dan kehidupan di luar publik dalam lansekap besar kebudayaan kemiskinan manusia Meksiko. Tidak berhenti di situ, Oscar Lewis termasuk melukiskan emosi-emosi yang terlihat berasal dari interaksi bagian keluarga, konflik-konflik Pedro bersama dengan anak perempuan termasuk anak lelakinya. Termasuk kekuatiran Esperanza saat mempersiapkan makanan untuk keluarga besar yang hidup di ruang sempit. Asiknya lagi, tidak ada evaluasi moral atau kritik pada kemiskinan yang termuat dalam pelukisan keluarga Meksiko ini. Sehingga kenikmatan membaca tidak berhenti sejenak karena harus mencari penjelasan pada kritik-kritik teori pembangunan. Saya termasuk merasakan bahasa yang digunakan oleh Oscar Lewis, sejauh membaca hasil terjemahannya, relatif lebih mudah menuntun pikiran dan perasaan. Kenikmatan yang sama tidak aku langsung temukan saat pertama kali membaca buku antropolog Clifford Geertz-nama yang harus ditulis hati-hati karena letak huruf z dan t yang tidak boleh tertukar demi tidak ditegur kali ke dua oleh Pakde Ahmad Jayakardi, he he he- tentang Involusi Pertanian, misalnya. Bisa menjadi karena energi tangkap aku tetap terlampau sederhana. Sesederhana kerinduan kepada kemunculan lagi Vonny Cornelia..[lhooo!! GagalPindahIdola] Yang jelas, Oscar Lewis menulis laporan penelitian lapangannya seperti sebuah cerpen yang terlampau detail dan mendalam lagi hidup. Saya jadi ada di dalam [URL="https// lucu[/URL] , mengalami emosi yang diaduk-aduk, terenyuh dan 1/2 tidak yakin ada potret keluarga seperti tempat tinggal tangga Martinez. Ternyata kesan bahwa pelukisan lima keluarga dalam kebudayaan kemiskinan Meksiko seperti membaca karya sastra termasuk diakui oleh Parsudi Suparlan. Antropolog Indonesia yang ikut memberi kata pengantar. Begini kata Parsudi Suparlan yang pertama kali membaca buku ini tahun 1967 ...tulisan-tulisan Oscar Lewis perlihatkan kemampuannya dalam melukiskan kehidupan penduduk yang ditulisnya agar terlihat dekat sekali dan seolah-olah hidup dalam imaji para pembacanya. Dia mampu mengungkapkan perasaan-perasaan, emosi-emosi, dan dan imaji-imaji para pelakunya sebagai sesuatu yang terlampau hidup agar pembacanya jadi terlibat di dalam adegan-adegan peristiwa-peristiwa. Tulisan-tulisannya tidak cuma bermutu secara tehnis ilmiah antropologi, tapi termasuk sebagai karya sastra yang sedap dibaca...hal xix Masih penasaran bersama dengan kesan yang aku rasakan secara subyektif bahwa membaca Lima Keluarga seperti tengah membaca cerpen yang detail lagi dalam, aku membaca pengantar yang ditulis sendiri oleh Oscar Lewis. Pada halaman delapan, antropolog yang meninggal tahun 1970 ini katakan Telaahan tentang hari-hari yang di sediakan di sini berusaha memberi tambahan kesiapan dan kehidupan yang dideskripsikan oleh seorang pengarang novel. Meskipun demikian, keikatannya yang utama ialah kepada pengetahuan sosial bersama dengan segala kebolehan dan kelemahannya. Setiap kemiripan antara potret-potret keluarga ini bersama dengan fiksi adalah kebetulan belaka. Oscar Lewis lantas menyebut karya tentang potret lima keluarga miskin ini sebagai “realisme etnografis”. Barangkali ini dia maksudkan untuk membedakan bersama dengan “realisme sosial” yang merupakan tidak benar satu aliran dalam bersusastra. Entahlah. Setibanya di sini, aku merasakan karya Lima Keluarga Meksiko boleh menjadi bacaan rujukan referensi sekaligus acuan tehnis cara menulis dalam menyusun cerpen atau novel. Tentu saja para Fiksianer tidak harus menyita sekolah spesifik antropologi atau lakukan riset sampai 10 tahun untuk tiba pada pelahiran karya yang nikmat luar biasa seperti Oscar Lewis. Sebatas yang aku lihat, dalam konteks berolah sastra, Lima Keluarga Miskin Meksiko ini sepertinya mampu menjadi “panduan” bagaimana membangun cii-ciri tokoh, kronologis plot, konflik, dan tehnik menutup cerita tanpa terbebani acuan moral yang buat berat. Akan lebih "nendang" seandainya diperkuat oleh sedikit riset kecil. Sebegitu dulu kesaksian bacaan aku atas Lima Keluarga Miskin Meksiko buah penelitian etnografis Oscar Lewis. Di luar langit jadi mendung, senang ngangkat jemuran dulu. Selain termasuk tetap ada empat keluarga yang belum aku masuki dapur dan kamar tidur mereka yang sesak lagi miskin di vecindad. Terimakasih Mbah Oscar Lewis! 05-10-2017 1032 Diubah oleh upilbos 05-10-2017 1040
KeluargaKim ki-taek bekerja sama untuk menutupi identitas asli mereka pada keluarga kaya raya Mr. Park [Review Film] Parasite (2019), Drama Kebohongan Keluarga Miskin - :DAFFA ARDHAN Home Abstrak Makalah ini bertujuan untuk mengungkap tema cerita pendek Hamsad Rangkuti berjudul Karjan dan Kambingnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Dalam pembahasan, aspek sintaksis, semantis, dan pragmatis cerita pendek tersebut dikaji untuk mengungkap tema cerita. Kata Kunci Tema kemiskinan, aspek sintaksis, aspek semantis, aspek pragmatis I. LATARBELAKANG Dalam kata pengantar kumpulan cerpen Hamsad Rangkuti, Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa Hamsad Rangkuti mampu menangkap detil suatu objek atau peristiwa yang kadang terlewatkan oleh kita. Sampah Bulan Desember, 2000 xii. Cerpen-cerpen Rangkuti banyak menyoroti kehidupan orang-orang miskin. Ia dianggap mampu merepresentasikan 1 masyarakat miskin dalam karya-karyanya. Rangkuti mencoba untuk menggugah kepedulian kita terhadap masyarakat miskin yang sering ditelantarkan dan di tempatkan dalam posisi marjinal. Sehubungan dengan hal tersebut, makalah ini bertujuan untuk mengungkap tema salah satu cerpen Hamsad Rangkuti yang berjudul Karjan dan Kambingnya. Pembahasan didasarkan pada landasan berfikir kaum strukturalis yang menganggap teks sebagai sebuah bentuk otonom. Kaum strukturalis berpendapat bahwa untuk memaknai sebuah teks karya sastra, kita harus menempatkan teks 1 Meski banyak definisi untuk kata representasi, dalam pembahasan ini penulis mendefinisikan representasi sebagai ciraan atau gambaran. Dani Cavallaro, Teori Kritis dan Teori Budaya Yogyakarta Niagara, 2004, hlm. 69. Secarasingkat, jika tema yang digunakan oleh cerpen adalah pedesaan, maka novel mengambil tema sebuah keluarga miskin di desa tersebut. Hal ini membuktikan bahwa novel mengambil tema lebih dalam dari cerpen. 6. Konflik. Konflik cerita dari cerpen dan novel juga berbeda. Di dalam cerpen, konflik yang disajikan tidak bertele-tele. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Di sebuah desa yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, hiduplah satu keluarga yang beranggotakan tiga orang. Mereka adalah Gilang, Iriana, dan buah hati mereka, Anjas. Mereka tinggal di gubuk kecil berukuran 3x3 meter yang terbuat dari kayu dengan lantai beralaskan malam, hanya lampu teplok yang terpasang di beberapa sudut yang menemani mereka di gelapnya malam. Bila sedang hujan, airnya memasuki gubuk kecil itu melalui celah-celah atapnya seraya ikut merasakan kesedihan orang di dalamnya. Dinginnya angin malam yang menusuk tulang, tak terasa begitu menyakitkan daripada sulitnya mereka banting tulang mencari uang untuk makan. Pagi itu, Gilang menyusuri lebatnya hutan mencari kayu untuk dijual di pasar yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Sedangkan istri dan anaknya, mencari sayuran yang terselip di antara rindangnya pepohonan hutan untuk mereka Gilang mendapatkan beberapa ikat kayu, dia langsung menuju pasar untuk menjualnya. Dia tak banyak berharap pada nominal yang dia dapatkan. Bila kayunya terjual, dia sudah sangat bersyukur. Paling tidak, dia pulang dengan membawa sedikit jam dia menunggu pembeli di bawah teras toko beratapkan seng yang sewaktu-waktu bisa menimpanya. Di tengah rasa kantuk yang menghampirinya, dia melihat Pria Berjaket Kuning memanggilnya, Gilang langsung menghampiri Pria Berjaket Kuning itu."Kamu jualan kayu bakar?" tanya Pria Berjaket Kuning yang terlihat lebih tua dari Gilang. "Iya, Pak." Jawab Gilang."Berapa harganya?" tanya Pria Berjaket Kuning."Dua ikat, saja, Pak." Jawab Gilang kepada Pria Berjaket Kuning yang duduk di dalam mobilnya. 1 2 3 4 5 6 Lihat Cerpen Selengkapnya
CerpenTentang Keluarga Miskin Tulisan from tribunnewss.github.io. Pdf menyibak relevansi permasalahan sosial dalam kumpulan cerita. Walaupun mereka miskin tetapi keluarga mereka sangat bahagia dan selalu bekerja dengan ulet. Kartu tanda miskin itu masih bersih,licin,dan mengkilat karena delaminating.
Kemiskinan memang tampak menakutkan di mata banyak orang. Kemiskinan dapat mengantarkan seseorang melakukan beragam cara, termasuk cara-cara terlarang untuk mendapatkan kekayaan. Bicara tentang kemiskinan, ada sebuah kisah menarik yang begitu mengharu biru tentang keluarga miskin dalam buku Menari di Surga karya Agustrijanto. Buku yang berisi kumpulan cerpen tersebut sangat layak untuk dibaca. Selain menghibur, para pembaca juga dapat merenungi pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dalam buku terbitan Gema Insani Press tahun 2004. Menari di Surga merupakan judul salah satu cerpen dalam buku tersebut. Menceritakan tentang sebuah keluarga miskin yang berusaha mengubah nasibnya dengan cara merantau ke kota Bandung. Berangkat dari keluarga petani miskin di Gunung Kidul Yogyakarta, Sutrimo dan istrinya, Siti Sundari, mengadu nasib ke Bandung. Suminten, putri semata wayang mereka yang berusia 10 tahun juga turut serta mengadu nasib bersama kedua oarngtuanya. Selama ini Sutrimo dikenal sebagai anggota penabuh gamelan di desanya. Menjalani kehidupan sebagai keluarga pengamen tentu sangat berat dan diwarnai suka-duka. Salah satunya ketika orang-orang, para pengendara di jalanan, acuh tak acuh dan enggan mengeluarkan sedikit uangnya untuk diberikan kepada mereka. Tapi mereka pantang menyerah, terus mengamen meskipun kadang tak menghasilkan rupiah. Mereka bertiga terus mengamen bersama. Suminten yang masih kecil dan lincah menjadi penarinya. Sementara sang ibu, Siti Sundari, bertugas memegangi tape recorder butut yang dibalut kayu tripleks tua. Kehidupan kota memang sangat keras, bisa jadi jauh lebih keras daripada kehidupan di desa. Begitu juga dengan kehidupan Sutrimo bersama istri dan putri semata wayangnya yang begitu keras dan penuh perjuangan di perkotaan. Nasib tragis harus dialami keluarga Sutrimo dan istrinya ketika Suminten, putri semata wayangnya tewas mengenaskan usai mengalami kecelakan saat mengamen. Sepeninggal Suminten, mereka, Sutrimo dan Siti Sundari, terus melanjutkan hidup dengan cara mengamen. Membaca kisah keluarga miskin yang hidupnya begitu memprihatinkan semoga dapat membuat sebagian orang menyadari bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang garis hidupnya lebih memprihatinkan. Mudah-mudahan dengan melihat dan merenungi kemiskinan orang lain dapat membuat para pembaca terketuk hati untuk membantu mereka. .